Ahad 16 Feb 2014 06:51 WIB

Konflik Memanas, Pasukan Militer di Afrika Tengah Diperpanjang

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tentara dan regu penyelamat saat memeriksa lokasi bom bunuh diri yang menewaskan 30 orang di Hama, Suriah
Foto: AFP/Sana
Tentara dan regu penyelamat saat memeriksa lokasi bom bunuh diri yang menewaskan 30 orang di Hama, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Operasi pasukan militer Prancis di Republik Afrika Tengah akan diperpanjang dari jadwal yang ditentukan. Menurut Menteri Pertahanan Prancis, Jean-Yves Le Drian, langkah ini diambil karena situasi di Afrika Tengah semakin memanas.

"Pasukan militer akan diperpanjang dari jadwalnya karena tingkat kekerasan semakin meningkat dan itu lebih penting," kata Le Drian, seperti dilansir dari Reuters, Ahad (16/2). "Operasi militer tidak diputuskan sesuai dengan jam kerja, namun kita harus menyesuaikan," tambahnya.

Pada awal bulan ini Le Drian mengatakan PBB kemungkinan akan memperbaharui mandat untuk militer Prancis di Afrika Tengah karena mandat tersebut akan berakhir pada Mei, sedangkan kekerasan masih berlanjut.

Prancis akan menambah pasukannya sebanyak 400 personel untuk membantu mengatasi krisis di Afrika. Sebelumnya, Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta komunitas internasional untuk membantu menghentikan kekerasan di Afrika Tengah yang berubah menjadi kekerasan genosida.

Hampir seperempat penduduk Afrika Tengah telah meninggalkan rumahnya akibat dari pertempuran antara pemberontak Seleka dengan Kristen. Pemimpin Seleka Michel Djotodia sendiri menyerahkan kekuasaannya bulan lalu setelah militan Kristen menyerang Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement