REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping Padangpariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menditeksi terdapat peningkatan jumlah titik panas di Pulau Sumatera secara signifikan yang mencapai 704 titik, Sabtu (15/2).
"Berdasarkan data yang didapatkan dari pantauan satelit NOAA dan data yang kami terima pada Sabtu pukul 05.00 WIB terjadi peningkatan titik panas secara drastis dibanding Jumat (14/2)," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman Budi Samiaji.
Budi menjelaskan pada siang hari Jumat terpantau sebanyak 357 titik panas di Pulau Sumatera. Terjadi peningkatan mencapai hampir 100 persen.
Ia merinci titik panas paling dominan masih terjadi di Provinsi Riau sebanyak 611 titik, selanjutnya Sumatera Utara 58 titik, Aceh 18 titik, Sumatera Selatan enam titik, Bangka Belitung empat titik serta Kepulauan Riau tiga titik dan Jambi empat titik.
Ia mengatakan jumlah titik panas yang terpantau pada Sabtu merupakan jumlah tertinggi sejak sepekan teakhir. Sebelumnya pada puncak suhu pada siang hari Kamis (13/2) terdapat sebanyak 520 titik panas yang timbul di beberapa provinsi.
Peningkatan jumlah titik panas tersebut dikhawatirkan dapat berdampak lebih buruk bagi kualitas udara di Sumbar. Hal ini tersebut disebabkan karena saat ini arah angin yang bertiup berasal dari arah Timur Laut (daratan Asia) menuju Selatan (Benua Australia) yang melewati Sumbar.
"Kecenderungan ini, terjadi selama Februari hingga Maret," katanya.
Saat ini jarak pandang sekitar 2.000 meter dan masih aman untuk penerbangan dan pelayaran, katanya."Diperkirakan pekan depan kabut asap mulai berkurang di Sumbar seiring dengan mulai terbentuknya kumpulan awan, yang berpotensi hujan di beberapa daerah di Sumatera Barat," katanya.