Jumat 14 Feb 2014 15:08 WIB

Ini Dua Dampak Letusan Kelud yang Harus Diwaspadai

Rep: neni ridarineni/ Red: Muhammad Hafil
Suasana di Simpang Lima Gumul Kecamatan Pare, Kediri, yang tertutup abu Vulkanik Gunung Kelud (Ilustrasi)
Foto: Republika/Nura
Suasana di Simpang Lima Gumul Kecamatan Pare, Kediri, yang tertutup abu Vulkanik Gunung Kelud (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama mengatakan secara umum ada dua dampak letusan Gunung berapi termasuk Gunung Kelud yang perlu diwaspadai. Yakni,  debu dan gas yg beracun atau yang potensial membahayakan.

Kepada Republika melalui siaran persnya, Jumat (14/2), Tjandra menerangkan dua dampak tersebut.

 1. Debu

Secara umum debu akan mengakibatkan gangguan pernafasan dan iritasi mata. 'Dampak yang lebih serius adalah bila debu terebut juga mengandung unsur logam.

Unsur-unsur logam yang perlu diwaspadai terutama adalah Silica. Unsur logam ini  secara fisik berupa butiran kecil dan sangat tajam.

Sehingga bila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Akibat lebih serius bisa batuk batuk, bahkan bisa iritasi berat pada saluran pernafasan.

Logam yg lain (bila ada) umumnya Natrium, Calsium, Kalium dan bila tercampur debu dan terhirup maka juga menyebabkan iritasi. Sedangkan komponen logam yang lain seperti timbal, seng, cadmium tembaga biasanya berdasarkan pengalaman selama ini konsentrasinya dari bahan letusan Gunung berapi rendah.

2. Gas

Kandungan gas dikhawatirkan adalah SO2 (Sulfur Dioksida), karena dengan  reaksi alam dapat membentuk unsur Sulfat yg sangat iritatif, baik pada kulit, mata dan saluran pernafasan.

Kandungan gas lainnya adalah CO (Karbonmonoksida) sifatnya mengikat oksigen, sehingga bila terhirup maka orang bisa meninggal karena kekurangan oksigen, Kandungan gas  NO2 (nitrogendioksida) biasanya seringkali juga ada bila terjadi letusan gunung berapi.  NO2 berpotensi berubah menyebabkan iritasi pada mata dan pernafasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement