Jumat 14 Feb 2014 14:08 WIB

Aktivitas Ekonomi di DIY Belum Berjalan Normal

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Bilal Ramadhan
Hujan debu akibat letusan Gunung Kelud menyelimuti kawasan Jalan Sanun Wates Kulonprogo, DIY, Jumat (14/2) pagi.  (Republika/Heri Purwata)
Hujan debu akibat letusan Gunung Kelud menyelimuti kawasan Jalan Sanun Wates Kulonprogo, DIY, Jumat (14/2) pagi. (Republika/Heri Purwata)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pertokoan maupun warung-warung di sepanjang Jalan Godean hingga Pingit kota Togyakarta tampak tutup semua. hanya satu dua toko yang buka terutama supermarket dan minimarket.

Beberapa warga  maupun karyawan toko tampak sedang membersihkan abu dari halaman warung/pertokoan dengan air. Bahkan ada yang mengumpulkan abu di karung. Sementara  hujan abu masih terus berlangsung dan sampai pukul 13.05 masih tampak turun cukup lebat.

Jalanan juga tampak lengang. Angkutan kota tak ada yang lewat.

Taksipun hanya sedikit dan itupun selalu penuh. "Hari ini taksi yang jalan mungkin hanya sekitar 10 persen. ar Bahkan taksi Vetri yang jalan hanya sekitar 10 buah. Padahal seluruhnya ada 70 taksi," kata sopir taksi Vetri Dwi kepada ROL, Jum'at (14/2).

Pasar di wilayah DIY pun kebanyakan sepi tidak ada yang berjualan karena pasar kotor terkena abu akibat letusan Gunung Kelud. "Saya tidak berjualan dan beberapa teman yang berjualan di pasar Demangan meliburkan diri," kata penjual tahu di Pasar Demangan Yani.

Dia berharap nanti malam ada hujan deras sehingga abu bisa terguyur air hujan. "Kalau nanti hujan deras setidaknya abu-abu bisa berkurang," tuturnya.

Kebetulan Kamis (13/2) dia libur membuat tahu, sehingga Jum;'at ini tidak berjualan tidak masalah. Di jalan pun jarak pandang hanya sekitar lima meter, karena pekatnya abu dari letusan Gunung Kelud.

Belum lagi apabila ada mobil mendahului , abu langsung menyebar ke segala arah sehingga menutup pandangan mata. Sehingga jalannya kendaraan harus  pelan-pelan dan hati-hati. "Saya biasanya jalan rata-rata 50-60  kilometer per jam. Tadi jalannya hanya 30-40 kilometer per jam, karena jalannya tertutup abu," kata Anna, warga Bantul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement