Jumat 14 Feb 2014 13:44 WIB

Dua Orang Tewas Akibat Erupsi Gunung Kelud

Bagikan maskes ke pengguna jalan di Solo
Foto: Humas PKS
Bagikan maskes ke pengguna jalan di Solo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Gunung Kelud mengalami erupsi pada Kamis (13/2) malam. Hingga Jumat (14/2) siang, sudah ada sebanyak 100.248 orang yang tinggal di sekitar Gunung Kelud telah mengungsi. Sedangkan korban jiwa sudah tercatat sebanyak dua orang.

"Korban meninggal adalah Sail (60 tahun) dan Pontini (65 tahun)," kata Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam siaran persnya yang diterima ROL, Jumat (14/2).

Sutopo memaparkan Sail merupakan warga RT 12/04 Dusun Ngutut, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Korban meninggal di bawah meja karena atap rumahnya roboh. Sedangkan Pontini adalah warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang karena tertimpa tembok yang roboh.

Robohnya rumah atau bangunan karena menahan beban pasir di bagian atap rumah yang konstruksinya kurang kuat. Jadi korban meninggal dunia bukan akibat dampak langsung dari erupsi, tetapi karena kecelakaan (musibah) atau dampak lain dari erupsi.

Ia menjelaskan masyarakat di Blitar, Kediri dan Malang sudah cukup kondusif dan sudah melakukan kegiatan sehari-hari. Namun ia tetap memperingatkan warga yang tinggal di radius 10 kilometer yang harus tetap mengungsi. Pasalnya status Gunung Kelud masih Awas atau Level IV.

Jumlah pengungsi akibat letusan G. Kelud pada Jumat (14/2) pukul 06.00 Wib berjumlah 100.248 orang di 293 titik. Pengungsi berasal dari Kabupaten Kediri sebanyak 66 orang dari 319 orang di 205 titik, Kabupaten Blitar sebanyak 28.970 orang di 63  titik, Kabupaten Tulungagung ada 1.349 orang di 11 titik dan Kabupaten Malang ada 3.610 orang di 14 titik.

Kebutuhan mendesak adalah masker dan relawan untuk membersihkan abu dan masker di jalan dan perumahan. Selain itu juga mobil tangki air untuk menyemprot jalan. Ia juga meminta agar masyarakat tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya.

"Adanya informasi akan ada letusan besar diikuti awan panas, banjir lahar dingin dan gempa besar, itu adalah hoax, tidak benar. Jangan ikut-ikutan menyebarluaskan," tegas Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement