REPUBLIKA.CO.ID, Hujan air tak henti - hentinya membasahi sejumlah wilayah di Pulau Jawa beberapa waktu lalu. Sampai saat inipun, hujan terus turun, namun materialnya berganti debu.
Jika sebelumnya hujan air dari awan - awan gelap di langit, maka kini yang terjadi adalah hujan debu di sejumlah kota sekitar Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Warga Yogyakarta, Mukis Puji, tak dapat menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi pada Kamis (13/2). Saat melintasi Jalan Raya Magelang, sebelah utara Yogyakarta, dia hanya menjalankan mobilnya hingga kecepatan 20 KM. "Jarak pandang hanya empat meter," jelasnya, saat dihubungi.
Tidak ada toko yang buka sepanjang jalan. Suasananya sepi. Pengguna jalan tidak sebanyak hari biasa. Mobil melintas setiap 30 menit. Selebihnya jalan terlihat sepi.
Hujan debu membuat Yogyakarta seperti berkabut tebal. Dari Klaten melalui ring road, Kota Yogyakarta terus menerus berdebu. Debu turun tidak berhenti. "Kepyur - kepyur gitu," papar Mukis. Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Aktifitas kota tidak normal seperti biasanya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Gunung Kelud telah meletus Kamis (13/2) malam sekitar pukul 22.50 WIB. Ribuan warga, kata dia, telah mengungsi dan proses evakuasi masih terus berjalan. Erupsi Gunung Kelud, kata Sutopo, masih terus berlangsung hingga saat ini sejak erupsi pertama terjadi.
Hal ini mengganggu jarak pandang. Di beberapa daerah, jarak pandang hanya mencapai empat meter kedepan. Hal ini akan membahayakan transportasi darat, laut, dan udara. Hal ini juga dikhawatirkan mengganggu distribusi perdagangan dari Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, ke Jakarta.