REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Desa Probosuman, Kota Ponorogo, Wahyudin, terkaget - kaget ketika bangun tidur pada pagi hari. Jendela rumah yang biasanya menampakkan sisi luar bangunan yang ditempati, tiba - tiba seperti tertutup.
"Ada apa ini," kata Wahyudin yang menceritakan pengalamannya kepada Republika, Jumat (14/2).
Kemudian dia buka pintu rumah. Dilihatnya debu setebal lebih dari satu sentimeter mengotori teras rumah. Mobil keluarga yang dimilikinya menjadi kotor. Warna mobil abu - abu bercampur debu coklat. Kaca depan mobil penuh debu. "Astagfirullah," paparnya.
Dia dan istrinya, Wani Gerhana Sari, sibuk membersihkan rumah. Debu yang berasal dari muntahan Gunung Kelud itu mencapai tiga karung beras. Semuanya dipajang di depan rumah. "Kalau dikumpulkan se Ponorogo mungkin bisa mencapai satu truk fuso. Bahkan lebih," imbuhnya.
Wahyudin yang sehari - hari berjualan empek - empek disana menutup dagangannya. Sebab, warga enggan keluar rumah. Kalau dipaksakan buka, maka pasti akan sepi. Ponorogo yang biasanya cerah menjadi penuh debu. Dia mengkhawatirkan tiga orang anaknya yang masih kecil.
"Takut mereka mengalami gangguan pernapasan," papar Wahyudin. Dia dan keluarganya belum tahu apakah akan pindah ke tempat lain atau tetap tinggal di rumahnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Gunung Kelud telah meletus Kamis (13/2) malam sekitar pukul 22.50 WIB. Ribuan warga, kata dia, telah mengungsi dan proses evakuasi masih terus berjalan. Erupsi Gunung Kelud, kata Sutopo, masih terus berlangsung hingga saat ini sejak erupsi pertama terjadi.