REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Kelud tercatat sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Jawa Timur. Gunung ini memiliki kawah masif yang berisi sebuah danau dan kerap dijadikan tujuan wisata pada akhir pekan.
Akan tetapi, bukan gunung berapi namanya apabila tidak pernah terjadi letusan. Dilansir volcanodiscovery Jumat (14/2), tercatat lebih dari 30 letusan Kelud telah direkam sejak tahun 1.000 masehi.
Keluarnya air dari danau pada kawah Kelud biasanya disebabkan oleh letusan yang pendek. Tetapi, erupsi yang 'keras' dari Kelud telah menciptakan aliran piroklastik dan lahar yang telah menyebabkan kematian dan kehancuran yang luas.
Letusan dengan korban jiwa terbanyak terjadi pada 1919. Kala itu, lebih dari 5.000 orang tewas. Setelah itu, sebuah proyek digagas untuk mengeringkan danau kawah.
Upaya awal ini menurunkan danau lebih dari 50 m. Tetapi, letusan pada 1951 memperdalam kawah sebesar 70 m. Kejadian ini juga meninggalkan 50 juta meter kubik air setelah perbaikan terowongan drainase yang rusak.
Terowongan baru dibandung pada 1966 setelah letusan yang mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas. Pada 1990, terjadi letusan selama 45 hari yaitu sejak 10 Februari 1990 sampai 13 Maret 1990. Letusan ini mengakibatkan lahar dingin menjalar sampai 24 km dari danau kawah.
Terakhir, peningkatan kegempaan tremor yang berujung pada peningkatan status menjadi awas terjadi 16 Oktober 2007. Akibatnya, 135 ribu jiwa yang tinggal di lereng gunung mengungsi walaupun letusan tidak terjadi.