Kamis 13 Feb 2014 22:27 WIB

Wartawan Parlemen Ingin Mandiri dengan Berkebun

Anggota Indonesia Berkebun sedang memaneng kangkung bersama di lahan milik Akademi Berkebun
Foto: ANTARA
Anggota Indonesia Berkebun sedang memaneng kangkung bersama di lahan milik Akademi Berkebun

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Komunitas wartawan parlemen atau wartawan yang tergabung dalam Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, berusaha menuju mandiri dari segi sosial ekonomi.

"Kita ini perlu kemandirian ekonomi. Sebab mungkin tidak selamanya berprofesi sebagai wartawan, karena faktor usia dan kesehatan," ujar Bendahara JPC Kalsel Marliyana, di Banjarmasin, Kamis.

"Oleh sebab itu, mungkin tidak salah kalau kita menangkap peluang untuk menuju kemandirian ekonomi, asalkan tidak menyalahi peraturan kewartawanan," lanjutnya.

"Sebagai seorang manusia normal, wajar jika kita ingin menikmati masa tua dari hasil usaha masa lalu, tanpa harus kerja keras lagi," tambah Choi, anggota JPC Kalsel.

Sebagai contoh usaha perkebunan, yang berarti pula turut serta membedayakan lahan yang kurang produktif menjadi bernilai ekonomi, serta menjaga lingkungan dari kerusakan dengan mendapatkan nilai tambah.

Untuk menuju kemandirian ekonomi tersebut, sembari melaksanakan tugas-tugas jurnalistik, komunitas wartawan parlemen itu juga mencoba membuka lahan buat perkebunan ilang-ilang (sejenis bunga kenanga).

Tahap pertama komunitas wartawan parlemen yang mencoba sebagai petani, akan menanam sekitar 5.000 ilang-ilang dengan luas lahan mencapai lima hektare, dan menggunakan modal awal tidak kurang dari Rp12 juta.

Pasalnya menurut Ketua Dewan Pembina Atsiri Kalsel Rahmat Nopliardy, kebun ilang-ilang memilik masa depan yang baik, dan bahan baku dari tanaman tersebut mendapat pangsa pasar yang cukup baik pula di pasaran dunia.

"Dunia sekarang sangat mengharapkan Indonesia sebagai pasok bahan baku minyak wangi atau atsiri. Karena minyak atsiri bukan cuma sebagai bahan baku farpum, tapi juga untuk keperluan lain, seperti kosmetik dan sabun," ujarnya.

"Jadi saya kira tidak salah, kalau wartawan ikut berkebun ilang-ilang atau serai wangi untuk bahan baku atsiri, yang hasilnya bisa memberikan jaminan di hari tua," lanjut anggota DPRD Kalsel itu.

Menurut dia, kalau usaha kebun atsiri wartawan itu sudah menghasilkan, maka yang bersangkutan atau tiap orang bisa mendapatkan uang per bulan minimal sekitar Rp4.000.000.

"Dengan uang empat juta rupiah per bulan mungkin tidak cukup untuk biaya hidup, tapi setidaknya mengurangi beban agar tidak bekerja keras lagi pada usia tua," demikian Rahkmat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement