REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengupayakan tim asesor Unesco, juga meninjau kawasan Gunung Rinjani, selain Gunung Merangin di Jambi, dan Gunung Sewu di Pacitan, Jawa Timur, pada Maret 2014.
"Maret nanti, tim asesor Unesco akan meninjau Gunung Merangin di Jambi dan Gunung Sewu di Pacitan, dan kami upayakan agar mereka juga meninjau kawasan Gunung Rinjani," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Provinsi NTB H Chaerul Maksul, di Mataram, Minggu, setelah dua hari berturut-turut menyosialisasikan Geopark Nasional Rinjani, sekaligus Rinjani menuju geopark dunia, di Sembalun dan Senaru.
Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru di Kabupaten Lombok Utara, merupakan kawasan di kaki Gunung Rinjani yang berada dalam wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Ikut dalam kegiatan sosialisasi itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi NTB H Muhammad Nasir, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB M Husni, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTB Andi Pramira, dan Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian Terpadu Provinsi NTB Husnanidiaty Nurdin.
Chaerul mengatakan, tim asesor Badan PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (Unesco), akan meninjau kelayakan Gunung Merangin dan Gunung Sewu untuk kemudian ditetapkan menjadi bagian dari Global Geopark Network (GGN) jika memenuhi syarat.
Momentum itu juga dibutuhkan NTB yang tengah memperjuangkan Geopark Nasional Gunung Rinjani agar masuk dalam GGN.
"Tentunya, tim asesor Unersco dalam peninjauan lapangannya, bukan datang cari pejabat pemerintah daerah, tetapi pelaku pariwisata, tokoh adat setempat, dan pihak terkait lainnya diluar pemerintahan, sehingga masyarakat perlu berpartisipasi aktif," ujarnya.
Dia mengakui, sosialisasi Geopark Nasional Rinjani, sekaligus Rinjani menuju geopark dunia, di Sembalun dan Senaru, pada 7-8 Februari 2014 itu, merupakan bagian dari upaya peningkatan pemahaman masyarakat di sekitar Gunung Rinjani tentang geopark atau taman bumi.
Saat ini, Taman Nasional Gunung Rinjani telah resmi berstatus Geopark Nasional, dan pada 14 November 2013, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar atas nama Komite Nasional Indonesia untuk Unesco, menyerahkan sertifikat Rinjani Geopark Nasional, kepada Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, di Mataram.
Dengan penyerahan sertifikat itu, maka secara resmi NTB telah memiliki satu geopark nasional, dari total lima geopark nasional yang ada di Indonesia.
Geopark merupakan konsep pembangunan kawasan secara berkelanjutan dengan pemanfaatan pariwisata.
Setelah menjadi geopark nasional, Pemerintah Provinsi NTB kemudian meningkatkan koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) guna melengkapi semua persyaratan usulan Gunung Rinjani menjadi geopark dunia.
Koordinasi itu dimaksudkan agar dapat mengetahui karakteristik geopark dunia, dan berbagai persyaratannya, agar dapat segera dipenuhi.
Upaya lainnya yakni menjaga kelestarian Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang kini telah menjadi Geopark Nasional, dari aspek geologis, arkeologi, keragaman ekologi serta budaya.
Konsep pengelolaan geopark menyatukan antara pengelolaan warisan geologi dan warisan budaya dari suatu wilayah, dan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.
Kaldera (danau) Segara Anak yang ada di Rinjani misalnya, harus tetap terjaga dari pegunjung agar ekosistem di kawasan itu tetap terpelihara.
Pengusulan Gunung Rinjani menjadi geopark dunia, pernah disampaikan awal 2010 namun terpental dari bursa calon geopark dunia, karena dokumen teknis sebagai berkas pendukungnya belum lengkap.
UNESCO kemudian meminta dalam pengajuan usulan itu disertakan dua lokasi lainnya yang juga memungkinkan jadi geopark dunia, sebagai pendamping TNGR.
Dua obyek kawasan sebagai usulan pendamping itu yakni Gua Kapur di Pacitan, Jawa Timur dan Gunung Batur di Kintamani, Bali, dan UNESCO akhirnya menetapkan kawasan Kaldera Gunung Batur Kintamani itu sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi global.
Penetapan tersebut dilakukan saat Konferensi Geopark Eropa ke-11 di Geopark Auroca, Portugal, pada 20 September 2012 lalu.
Karena itu, para ahli geologi kemudian mengusulkan Gunung Rinjani sebagai geopark nasional yang kini sudah resmi ditetapkan sebagai geopark nasional setelah semua persyaratannya dilengkapi.
Saat itu, TNGR diusulkan menjadi calon geopark dunia ke Uniesco karena memiliki sedikitnya lima hal pokok untuk menjadi geopark global.
Kelima hal pokok itu yakni pertama, Gunung Rinjani memiliki nilai-nilai warisan geologi penting dari aspek kegunungapian, situs warisan alam berupa kaldera, kerucut-kerucut gunung api muda, lapangan solfatara, mata air panas dan bentangan lainnya yang mempunyai nilai estetika tinggi seperti air terjun.
Kedua, situs-situs geologi gunung api mempunyai makna bagi pengembangan ilmu pengetahuan kebumian dan pendidikan.
Ketiga, Gunung Rinjani telah mempunyai badan pengelola yakni Rinjani Tracking Manajemen Board (RTMB) yang melibatkan warga lokal setempat secara aktif.
Keempat, penyelenggara pariwisata berbasis geologi yang telah banyak memberi manfaat berupa pertumbuhan ekonomi lokal melalui jasa pemandu, penginapan, rumah makan, transportasi dan penjualan cinderamata.
Kelima, sebagai bentuk keberhasilan pengembangan pariwisata karena Gunung Rinjani telah memperoleh tiga penghargaan internasional yakni "World Legacy Award" untuk kategori "Destination Stewardship" dari "Conservation International and National Geographic Traveler" 2004, finalis "Tourism for Tomorow Award" masing-masing tahun 2005 dan 2008.
Kawasan TNGR yang kini telah beralih status menjadi Rinjani Geopark Nasional, mencakup sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat seluas 12.360 hektare meliputi dua kecamatan dengan 15 desa, Lombok Tengah seluas 6.824 hektare yang mencakup dua kecamatan tersebar pada lima desa dan Kabupaten Lombok Timur pada tujuh kecamatan yang tersebar pada 17 desa dengan luas kawasan 22.146 hektare.
Salah satu pesona unggulan TNGR adalah Danau Segara Anak yang berada pada ketinggian 2.010 meter dari permukaan laut. Danau Segara Anak berada di sebagian Gunung Rinjani yang tingginya mencapai 3.726 meter dari permukaan laut.