REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Analis Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan Kota Pekanbaru menjadi daerah pusat penumpukan kabut asap dampak dari kebakaran lahan di Riau.
"Itu karena Pekanbaru berada persis di tengah daratan Provinsi Riau dan menjadi daerah pembelokan angin," kata analis Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Indah Devi di Pekanbaru, Sabtu (9/2).
Oleh karena itu, tidak heran jika terjadi kebakaran lahan atau hutan di berbagai daerah di Riau, dampaknya akan sampai ke Pekanbaru seperti yang terjadi dalam satu pekan terakhir.
Kabut asap yang merupakan dampak dari kebakaran lahan, menurut dia, diterbangkan oleh angin hingga "singgah" di Pekanbaru dan mengakibatkan jarak pandang menjadi terbatas.
"Tadi pagi jarak pandang di Pekanbaru akibat kabut asap pekat hanya menyisakan satu hingga dua kilometer," katanya. Kondisi tersebut, menurut dia, memang belum begitu mengganggu aktivitas masyarakat dan penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II.
Namun jika kebakaran lahan secara terus menerus terjadi dan bahkan meluas di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Bengkalis, Meranti, Siak, Pelalawan dan Rokan Hilir, maka, kata dia, tidak menutup kemungkinan ketebalan kabut asap di Pekanbaru akan terus bertambah.
Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menghentikan aktivitas pembakaran lahan untuk kepentingan perkebunan. Cuaca panas berkepanjangan, juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kebakaran lahan atau hutan di Riau.