REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mengharapkan Kebun Binatang Surabaya mempunyai lahan konservasi, khususnya untuk satwa yang baru lahir, sakit, dan umurnya sudah tua.
"Artinya, satwa yang baru lahir, sakit, atau sudah tua tidak dicampur menjadi satu di kebun binatang. Prinsip menyejahterakan binatang itu harus benar-benar dipahami oleh pengelola," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Jumat.
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu juga meminta agar kematian seekor harimau putih berumur 17 tahun bernama Cantrika di kandangnya pada Kamis (6/2) malam, tidak perlu dibesar-besarkan. Hal ini karena kematian satwa koleksi KBS itu karena faktor usia.
KBS, kata dia, tidak memiliki lahan konservasi sehingga satwa yang sakit baru lahir dan tua tidak dipisahkan. Apalagi ditambah lingkungan yang kurang mendukung yang dinilai bisa mempercepat kematian satwa.
"Seharusnya, kalau kandangnya sudah tidak muat karena over populasi maka harus dikurangi. Nah, disinilah fungsi adanya lahan konservasi. Kami harap pengelola segera memikirkan dan mendirikannya," kata orang nomor satu di lingkungan Pemprov Jatim tersebut.
Menurut dia, di sebuah kebun binatang seharusnya ada dua tempat. Yakni, kebun binatangnya sendiri dan tempat konservasi. Kebetulan di Surabaya saat ini hanya berfungsi sebagai kebun binatang, sedangkan konservasinya belum ada.