Selasa 04 Feb 2014 12:00 WIB
Pemerintah belum menetapkan erupsi Gunung Sinabung sebagai bencana nasional.

Sinabung Terus Tebar Bahaya

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Maman Sudiaman
Debu tebal erupsi Gunung Sinabung
Foto: EPA
Debu tebal erupsi Gunung Sinabung

REPUBLIKA.CO.ID, KABANJAHE -- Gunung Sinabung masih menunjukkan aktivitas berbahaya. Gunung setinggi 2.460 meter itu bererupsi empat kali pada Senin (3/2) sehingga membuat pencarian korban belum bisa dilanjutkan.

Koordinator Media Center Penanggulangan Bencana Sinabung Jhonson Tarigan mengatakan, Gunung Sinabung mengeluarkan suara gemuruh, menyemburkan awan panas, dan debu tebal yang beterbangan. Kondisi itu menyebabkan tim Basarnas yang terdiri dari anggota BNPB, TNI, Polri, Tagana, dan relawan sempat berlari dan menghindar dari semburan awan panas yang bercampur material terlontar.

Dia menambahkan, debu dan awan panas yang keluar dari puncak Gunung Sinabung dengan jarak sekitar tiga kilometer ke arah selatan Kota Kabanjahe. Karena itu, pencarian korban bencana alam tersebut terpaksa dihentikan. “Kalau pencarian korban tersebut terus dilanjutkan, tim Basarnas dapat membahayakan keselamatan anggota tim evakuasi,” ujar Jhonson.

Puluhan anggota tim Search and Rescue (SAR) terhalang mencari korban awan panas di Desa Sukameriah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara, Senin, pukul 12.00-14.00 WIB. Dalam pencarian korban awan panas yang diduga tertimbun abu vulkanis tersebut, tim SAR dipandu petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Selama pencarian, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tim menemukan delapan motor, sebuah tas berisi laptop Acer, sebuah tas handycam, dan dua helm. “Belum ditemukan adanya korban,” kata dia.

Hingga Senin sore, jumlah korban tewas akibat awan panas Gunung Sinabung tercatat 15 orang yang terdiri dari tujuh mahasiswa, empat pelajar, tiga warga Desa Sukameriah, dan satu warga Kabanjahe. Sedangkan, korban luka akibat terkena awas panas Gunung Sinabung tersebut sebanyak dua orang yang masih mendapatkan perawatan intensif di RS Efariana Etaham di Kabanjahe.

PVMBG merekomendasikan radius lima kilometer dari Gunung Sinabung harus kosong dari aktivitas penduduk. Sutopo menyatakan, penjagaan sudah diperketat agar masyarakat tidak masuk zona berbahaya.

Pada Ahad, tim Basarnas juga menghentikan pencarian korban awan panas di Desa Sukameriah karena gangguan awan panas. Saat pencarian korban, tim SAR hanya diberikan waktu selama 10-20 menit di lokasi kejadian.

Sebab, aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi dengan mengeluarkan awan panas. Pencarian warga korban awas panas di Desa Sukameriah atau sekitar 15 kilometer dari Kota Kabanjahe hanya dilakukan dua kali dan setelah itu langsung dihentikan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus mengikuti perkembangan situasi Gunung Sinabung pascaerupsi pekan lalu. Juru Bicara Presiden Julian A Pasha mengatakan, Presiden meminta warga yang berada di pengungsian mengikuti arahan BNPB.

“Tetap waspada dan mengikuti petunjuk BNPB agar tidak mendekat atau kembali ke daerah yang masih dianggap sangat rawan terhadap erupsi.” Presiden juga telah memerintahkan kepala BNPB untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan korban dan melakukan penanganan sebagaimana yang telah menjadi tugas BNPB.

Julian juga menjelaskan bahwa pemerintah belum menetapkan erupsi Gunung Sinabung sebagai darurat atau bencana nasional karena penanganan dari pemerintah daerah, dibantu pusat, masih berjalan. “Yang penting adalah koordinasi pemerintah pusat dan daerah tetap berjalan baik,” kata dia. n antara ed: ratna puspita

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement