Ahad 02 Feb 2014 22:58 WIB

Kak Seto: Hindari Kekerasan Anak Korban Bencana

Rep: c57/ Red: Maman Sudiaman
Tiga anak yang mengungsi akibat banjir di Pengadegan,Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Tiga anak yang mengungsi akibat banjir di Pengadegan,Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak korban bencana tidak boleh mengalami kekerasan oleh orang dewasa. Tindakan kekerasan terhadap anak-anak korban bencana membuat jiwa dan mental mereka akan cacat.

Menurut psikolog anak, Seto Mulyadi, tindak kekerasan itu bisa dilakukan baik disengaja maupun tidak, dapat berupa tindakan fisik maupun non- fisik (psikologis). Bentuknya bisa bentakan, jeweran, cubitan dan eksploitasi anak. Sedangkan kekerasan non-fisik dapat berupa aktifitas khusus orang dewasa yang terlihat oleh anak-anak.

Jika anak-anak korban bencana sudah mengalami kekerasan seperti itu, tutur Seto, maka hanya dapat diobati dengan melakukan treatment psikologis terhadap anak. Dalam hal ini, rekan-rekan dari Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuk) dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berperan penting. Pasalnya, jelas Seto, mendongeng merupakan bagian dari treatment psikologis dan upaya untuk memulihkan kembali kesehatan jiwa anak-anak

"Ibarat sebuah luka, kalau tersayat dan dibiarkan saja, maka akan membusuk dan menjadi cacat. Sama hal-nya dengan kekerasan terhadap anak-anak korban bencana," tutur Seto Mulyadi atau biasa dipanggil Kak Seto ini, Ahad (2/2).

Perlindungan terhadap anak, lanjutnya, harus diutamakan dan menjadi perhatian semua pihak, khususnya orangtua, masyarakat dan pemerintah (pemerintah daerah tempat bencana terjadi).  "Rekan-rekan media pun harus selalu mengingatkan semua pihak agar jangan sampai lengah terhadap perlindungan anak-anak korban bencana," jelas Seto Mulyadi.

"Saya khawatir anak-anak korban bencana akan mengalami perubahan mental, kepribadian, karakter, dan sebagainya jika mereka dibiarkan begitu saja, bahkan menerima perlakukan kekerasan dari berbagai pihak," terang Kak Seto.

Bahkan, para orang tua korban bencana juga mendengarkan dongeng khusus untuk orang tua. Tujuannya agar selalu ingat tindakan-tindakan yang tidak boleh dilakukan terhadap anak. "Pasalnya tindakan itu dapat merusak jiwa dan mental anak di masa depan (pasca bencana)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement