Rabu 29 Jan 2014 06:28 WIB

Pakar: Rokok Ilegal Banyak Dikonsumsi Kelompok 'Rentan'

Rep: c57/ Red: Nidia Zuraya
Buruh pelinting rokok di pabrik rokok Indonesia
Foto: FOREIGN POLICY
Buruh pelinting rokok di pabrik rokok Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Instrumen ekonomi dapat kendalikan konsumsi rokok di Indonesia. Pasalnya, konsumsi rokok meningkat karena harga rokok ilegal cukup rendah.

Berdasarkan penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI), konsumsi rokok ilegal banyak dilakukan oleh kelompok rentan, yakni kelompok yang berpendidikan dan berpendapatan rendah.  

Peneliti Lembaga Demografi FE UI, Nur Hadi Wiyono, menyatakan rokok ilegal banyak dikonsumsi oleh rakyat Indonesia. "Ketika harga rokok legal meningkat, produksi rokok ilegal dengan harga yang sangat murah juga ikut meningkat. Hal ini memungkinkan konsumen untuk mengganti merek rokok dengan harga yang jauh lebih murah,” ujar Nur Hadi Wiyono dalam Konferensi Indonesia Health Economics Association (InaHEA) baru-baru ini.

Upaya pengendalian konsumsi rokok di Indonesia memang memerlukan pendekatan yang komprehensif, tak terkecuali dari aspek ekonomi. Instrumen ekonomi berupa cukai dan pajak telah dibebankan pada rokok dalam rangka mengurangi keterjangkauan harga rokok, terutama oleh kelompok rentan seperti anak-anak, remaja, dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Dosen pengajar FE UI, Rus'an Nasrudin, menyatakan sistem cukai yang sederhana dan seragam (unifrorm) sangat diperlukan untuk mengendalikan konsumsi rokok. “Sistem cukai yang ada saat ini cukup rumit dan bersifat regresif, atau dengan kata lain, lebih banyak membebani masyarakat berpendapatan rendah," ujar Rus'an Nasrudin.

Sistem cukai yang uniform, lanjutnya, akan menghasilkan harga rokok yang lebih tinggi dan mengurangi keterjangkauan harga rokok. Hal lain yang patut menjadi perhatian untuk mengendalikan konsumsi rokok, menurut Rus'an, adalah pemanfaatan cukai dan pajak rokok. "Banyak negara yang berhasil memanfaatkan cukai untuk pendanaan kesehatan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement