REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ary Dwipayana menyatakan PDI Perjuangan harus berhati-hati menyikapi ajakan komunikasi politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Karena bukan tidak mungkin tawaran komunikasi politik tersebut merupakan manuver PKS mencegah pencapresan Joko Widodo (Jokowi).
"Komunikasi yang dilakukan PKS bisa menjadi 'jebakan Batman' bagi PDIP," kata Ary ketika dihubungi Republika, Selasa (28/1).
Saat ini, katanya, Jokowi merupakan momok menakutkan bagi partai yang berambisi mengusung capres. Dia juga menilai PKS cukup jeli membaca friksi yang terjadi di internal PDIP terkait pencapresan Megawati atau Jokowi. "Dengan mendekati Megawati bisa menghindari efek Jokowi," ujarnya.
Ary juga menilai manuver politik yang dilakukan PKS ke PDI Perjuangan bersifat pragmatis. PKS menyadari betul posisi penting PDI Perjuangan sebagai poros pembentuk koalisi di samping Partai Golkar.
Ia melihat, PKS tidak ingin ketinggalan gerbong koalisi jika PDIP berhasil menguasai pemerintahan. "Poros koalisi akan ada di partai besar seperti Golkar dan PDIP," katanya.
Persoalan elektabilitas yang dihadapi PKS membuat partai ini harus bersikap cair. Dengan membangun komunikasi politik ke PDIP, PKS berharap bisa mendapat keuntungan elektoral.
Artinya, kata Ary, PKS tidak mesti bersikukuh menjadikan ideologi sebagai basis koalisi. "Koalisi yang berbasis pada dampak elektoral akan lebih ditekankan PKS. Karena jarak ideologis antara PDIP dan PKS berbeda," katanya.