REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Dua kelompok warga di Kampung Mulia Kencana-SP7 dan Kampung Wangirja-SP9, Distrik Iwaka, Mimika, Papua sepakat menyelesaikan permasalahan di antara mereka melalui jalan damai.
Kabag Ops Polres Mimika, Komisaris Polisi Arnolis Korwa kepada Antara di Timika, Jumat (24/1), mengatakan Polres Mimika sudah memfasilitasi pertemuan antara para tokoh masyarakat dari dua kelompok yang bertikai.
Dalam pertemuan di Aula Polres Mimika, Rabu (22/1), tokoh masyarakat dari dua kelompok telah menandatangani surat pernyataan sikap damai di hadapan Kapolres Mimika, AKBP Jermias Rontini dan Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf Raffles Manurung.
"Kesepakatan damai itu merupakan jalan terbaik. Angkat busur dan anak panah tidak menyelesaikan masalah, justru menambah masalah baru," kata Kompol Korwa. Meski sudah ada pernyataan sikap damai dua kelompok, aparat kepolisian dari Polsek Kuala Kencana masih tetap disiagakan di sekitar Kampung Mulia Kencana-SP7 dan Kampung Wangirja-SP9 untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bentrok susulan.
"Yang jelas kemarin masih ada pihak yang belum mau menerima. Mereka dipengaruhi oleh provokator. Padahal para tokoh sudah sepakat damai, apalagi mereka ini masih satu keluarga," jelas Korwa.
Usai menandatangani surat pernyataan sikap damai, perwakilan dari kelompok warga SP7 dan SP9 langsung diberangkatkan ke Kampung Kimbeli dan Utikini Lama, Distrik Tembagapura untuk mensosialisasikan kesepakatan tersebut kepada warga di dua kampung tersebut.
Pasalnya, kejadian pembunuhan terhadap Ruben Alom alias Wili Ngame alias Magai di Kampung Mulia Kencana-SP7 pada Selasa (21/1) dipicu oleh kasus pembunuhan terhadap Atias Tabuni di Kampung Utikini Lama pada Sabtu (19/1).
Ketua Kerukunan Masyarakat Puncak Jaya, Martinus Walillo, meminta kedua belah pihak tidak lagi memelihara dendam, melainkan hidup rukun dan damai. Dengan telah ditandatanganinya surat pernyataan sikap damai, maka persoalan antara kedua kelompok dinyatakan tuntas.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
