Jumat 24 Jan 2014 01:42 WIB

Banyak Puskesmas Terendam, Dinkes DKI Jamin Pelayanan Kesehatan Tetap Berjalan

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Julkifli Marbun
Aktivitas warga di Jalan KH Abdullah Syafei yang tergenang banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung di Kampung Melayu, Jakarta, Sabtu (18/1). (Republika/Prayogi)
Aktivitas warga di Jalan KH Abdullah Syafei yang tergenang banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung di Kampung Melayu, Jakarta, Sabtu (18/1). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang melanda Jakarta sejak dua pekan terakhir tidak hanya merendam ribuan rumah warga. Sejumlah puskesmas di Jakarta juga ikut terendam.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati mengatakan, ada 17 puskesmas yang terendam, di antaranya Puskesmas Semper Timur, Semper Barat, Kedoya utara, Tegal Alur, Bidara Cina, Rawa Buaya, dan Kali Angke.

Meski banyak puskesmas yang terendam, ujar Dien, pelayanan kesehatan pada masyarakat tidak terganggu. Sebab, pelayanan puskesmas dipindahkan ke posko-posko kesehatan di pengungsian.

"Dari puskesmas dipindahkan ke posko kesehatan. Di posko obat-obatannya sama persis seperti di puskesmas. Tidak ada masalah," kata Dien ketika dihubungi Republika.

Dia juga menambahkan, selama musim banjir 2014 pihaknya telah mengobati 22 ribu pasien di posko-posko kesehatan. Namun, dari jumlah tersebut hanya 23 orang yang dirujuk ke rumah sakit. Sehingga tidak ada lonjakan pasien yang signifikan di rumah sakit.

"Artinya pelayanan kesehatan masyarakat masih berjalan dengan baik. Selain itu, upaya pencegahan juga berjalan. Masyarakat sudah sadar kalau batuk pilek langsung minta obat ke posko kesehatan," kata dia.

Menurut Dien, rumah sakit yang paling banyak menerima pasien rujukan selama banjir yaitu RS Budi Asih Jakarta Timur. Sebab, wilayah itulah yang memiliki paling banyak kelurahan terendam.

Hingga hari ini, kata dia, Dinas Kesehatan telah membuka 130 posko kesehatan di titik-titik banjir. Lebih dari 300 tenaga kesehatan diterjunkan. Ada juga tambahan tenaga kesehatan dari Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Perawat Indonesia, serta tenaga kesehatan dari organisasi-organisasi lain. Khusus di tempat pengungsian dengan jumlah warga lebih dari 500 orang, jelas Dien, dokter disiagakan selama 24 jam.

Menurut Dien, penyakit yang banyak diderita masyarakat di pengungsian yaitu batuk, pilek, demam, diare, serta gatal-gatal. Dia memaklumi jika banyak warga di pengungsian yang terkena penyakit. Sebab, kata Dien, tidak tinggal di pengungsian saja banyak orang yang sakit akibat perubahan cuaca. Untuk mencegah penularan penyakit, sambung dia, Dinas Kesehatan juga memberikan penyuluhan perilaku hidup bersih pada warga agar tidak mudah terserang penyakit selama tinggal di lokasi pengungsian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement