REPUBLIKA.CO.ID, PASAR MINGGU -- Sore itu (23/1), hujan rintik kecil menyelubungi wilayah Jakarta Selatan. Seorang laki-laki bernama Ismail (42) tengah meminum secangkir Kopi dan menghirup sebatang rokok.
Rumah yang dilanda banjir membuat Ismail bersama lima KK lain, memilih untuk mengungsi di ruangan khusus di pemakaman wakaf H. Lanyak Rt 05/05 Kel. Pejaten Timur, Jakarta Selatan. Tepatnya di ruang berdoa dan mengaji di pemakaman tersebut. Sesekali terdengar tangisan bayi di antara para pengungsi di dalam pemakaman ini.
Umumnya, warga yang menjadi korban banjir lebih banyak mengungsi di tenda, tempat sekolah, rumah tetangga maupun kantor-kantor pemerintahan. Namun berbeda dengan Ismail.
Pria berkulit sawo matang ini rela untuk tinggal di lahan pemakaman selama masa evakuasi. Banjir yang menghantam wilayah Rt 05/05 Kel. Pejaten Barat telah membuat 683 orang dewasa, 212 anak, 21 ibu hamil, 15 lansia 127 balita dievakuasi ke beberapa tempat di wilayah tersebut.
Sambil sesekali menghisap rokok ditangan kanannya. Ismail menceritakan alasannya untuk menempati tempat yang jarang dihuni orang lain ini. "Daripada ke tetangga, nyusahin orang jadinya," kata Ismail.
Dia berpendapat bila dirinya masih bisa berdiam di pemakaman mengapa harus merepotkan orang lain. Selain itu rumah tetangga di sekitaran rumah Ismail pun sudah dipenuhi oleh keluarga mereka masing-masing.
Ismail menyebutkan bahwa dia tidak keberatan untuk menempati tempat ini. Mushola, masji maupun tempat sekolah yang telah penuh dihuni pengungsi lain membuat mereka dengan tegar harus berdiam di sini.