Kamis 23 Jan 2014 17:00 WIB

Korban Banjir Masih Kesulitan Peroleh Bahan Makanan

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
Sejumlah petugas Bina Marga dan Dinas Pekerjaan Umum Cirebon memantau jalur Pantura yang ambles di Desa Mandalawangi, Ciasem, Subang, Jawa Barat, Rabu (22/1).  (Antara/Novrian Arbi)
Sejumlah petugas Bina Marga dan Dinas Pekerjaan Umum Cirebon memantau jalur Pantura yang ambles di Desa Mandalawangi, Ciasem, Subang, Jawa Barat, Rabu (22/1). (Antara/Novrian Arbi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Warga yang jadi korban banjir, di Pantura Subang, Jawa Barat, mengeluhkan soal sulitnya mendapatkan bahan makanan pascabanjir. Sampai saat ini, warung-warung serta toko di pasar tradisional yang biasanya menjual bahan makan, masih banyak yang tutup. Harapan satu-satunya, yaitu dari uluran bantuan para dermawan.

Siti Aminah (26 tahun), warga Desa Lengkong Jaya, Kecamatan Pamanukan, mengatakan, sejak bencana banjir melanda wilayah ini, bahan makanan sulit diperoleh. Padahal, warga sangat membutuhkan. Terutama, lauk pauk. "Kalau beras, mayoritas kami masih punya stok. Cuma lauk pauknya yang sulit," ujarnya, Kamis (23/1).

Makanya, lanjut Siti, dirinya berharap pembagian bantuan sembako, terutama lauk pauk bisa berjalan dengan adil. Sebab, sewaktu warga tinggal di sejumlah titik pengungsian, ada yang makanannya terjamin. Seperti, bisa makan tiga kali sehari. Namun, ada juga yang tidak kebagian makanan selama dua hari. "Kami berharap, pembagian bantuan lauk pauk bisa tepat sasaran. Semua korban banjir, bisa memeroleh bahan pangan," ujarnya.

Sementara itu, Sekertaris Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Subang, Hidayat, mengakui, selama banjir 13 kecamatan di Pantura kesulitan mendapatkan bahan makanan. Terutama, di Kecamatan Ciasem dan Pamanukan. Sebab, pasar tradisional di dua kecamatan itu tergenang banjir. "Banjir telah menghambat jalur distribusi bahan makanan," ujarnya.

Sebenarnya, lanjut Hidayat, bahan makanan di Subang ini bukannya langka. Melainkan, agak terlambat distribusinya karena musibah banjir ini. Adapun wilayah yang saat ini, terjadi kekosongan bahan makanan, yaitu di Kecamatan Blanakan, Ciasem, Pamanukan, Legon Kulon, serta Pusakanagara.

Meskipun bahan makanan kosong, lanjutnya, tapi belum ada laporan terjadinya gejolak kenaikan harga. Dengan kata lain, harga-harga di pasar tradisional masih tetap normal. Cuma, ke wilayah tertentu suplainya terlambat.

Untuk mengantisipasi krisis bahan pangan, pihaknya telah menginstruksikan kepada para pelaku usaha, untuk membantu pedagang yang ada di wilayah yang tergenang banjir. Istilahnya, diberlakukan suplai silang, yaitu dari pasar yang tidak terkena banjir suplai bahan makanan ke pedagang di pasar yang tergenang banjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement