Rabu 22 Jan 2014 18:58 WIB

Banjir Melanda, Petani Gunung Slamet Merugi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dewi Mardiani
Petani Cabai (ilustrasi)
Foto: informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Banjir yang melanda tak hanya menimbulkan kerugian bagi di daerah banjir. Namun terhambatnya distribusi akibat ruas-ruas jalan yang tergenang, juga menyebabkan petani di sentra-sentra komoditi pertanian dan pedagang yang melakukan pengiriman bahan sayur-sayuran mengalami kerugian besar.

Seperti petani di kawasan lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, banjir yang melanda di Pantura Jawa Barat menyebabkan harga produk pertanian yang mereka hasilkan menjadi anjlok. Pedagang yang biasa membeli produk pertanian mereka menghentikan pembelian sementara, karena mereka tidak bisa mengirim produk tersebut ke pasar-pasar induk di Jakarta.

''Pembeli tidak mau membeli sayur karena tidak mengirim sayuran ke Jakarta,'' kata Sugito (48 tahun), Kepala Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, Rabu (22/1). Bahkan beberapa pedagang menyebutkan, sebelumnya mereka juga sudah pernah mengalami kerugian cukup besar, karena kendaraan pengangkut komoditi pertanian yang hendak dikirim ke pasar-pasar induk di Jakarta, terjebak banjir selama berhari-hari.

Kerugian disebabkan produk pertanian tidak bisa bertahan lama, maka produk tersebut menjadi rusak dan busuk, serta tidak laku dijual. Padahal, sebelum banjir melanda, produk pertanian yang dikirim ke Jakarta, jumlahnya cukup besar. ''Dalam sehari, produk sayuran dari Desa Kutabawa yang dikirim ke Jakarta bisa mengirim sampai 5 ton per hari,'' jelasnya.

Produk yang dibeli dan dikirim pedagang ke Jakarta tersebut, antara lain seperti cabe, kubis, labu, tomat, kentang, wotel dan jenis-jenis sayuran lainnya. ''Sudah sejak sepekan ini, pembelian pedagang menurun drastis, karena mereka sekarang hanya membeli untuk memasok kebutuhan di pasar-pasar di daerah sekitar,'' katanya.

Harga komoditi sayuran yang anjlok tersebut, antara lain seperti cabe yang biasanya laku dijual Rp 30 ribu per kilogram, sejak sepekan terakhir turun tajam menjadi Rp 18 ribu per kg. Demikian juga dengan kentang, kobis, dan tomat. ''Semuanya, harganya anjlok,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement