REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua terduga teroris yang ditangkap di Surabaya, Jawa Timur, semalam diketahui merupakan anak didik gembong teroris paling dicari saat ini, Santoso.
Nama yang pernah menantang kepolisian untuk berperang dalam sebuah tayangan di dunia maya ini diduga menjadi otak dari pergerakan dua terduga teroris ini.
Kedua terduga teroris yang menargetkan lokalisasi Dolly dan sejumlah pos polisi sebagai objek ledakan ini diduga pernah lama berlatih di tempat persembunyian Santoso di Poso, Sulawesi Selatan.
Isnaini Romdoni (30 tahun) dan Abdul Majid (35 tahun) sejak masih muda sudah mengikuti pelatihan bersama Santoso. “Itu dari hasil pemantauan kami, diduga kuat demikian,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar, Selasa (21/1).
Boy mengatakan, kedua terduga teroris ini merupakan bagian dari gerbong yang melarikan diri dari Poso saat polisi aktif melakukan penyisiran pegunungan di sana. Pegunungan itu sendiri diduga kuat merupakan lokasi persembunyian Santoso selama ini.
Dia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, diduga memang banyak anak buah Santoso yang lari ke berbagai pulau untuk menghindari penangkapan.
Diantara mereka, lalu tetap memilih jalan teroris untuk mengikuti petuah Santoso. “Jadilah mereka tetap ingin melakukan aksi teror, diantaranya yang ditangkap di Surabaya ini,” ujar Boy.
Jenderal bintang satu ini menambahkan, kepolisian akan terus melakukan pengawasan dari semua gerak-gerik jaringan teroris agar aksi mereka tak pernah terwujud. “Seperti mereka, rencananya kedua terduga akan beraksi pagi ini, tapi kami bekuk malam sebelumnya,” ujar Boy.
Senin larut malam tim Detasemen Khusus (Densus) 88 bergerak melakukan penangkapan di sebuah SPBU Kenjeran, Surabaya. Keduanya ditangkap karena diduga terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso yang sampai saat ini masih buron.
Setelah penangkapan, petugas lantas melakukan penggeledahan di rumah keduanya tak jauh dari lokasi penggerebekan. Di sana, polisi menyita sejumlah benda dan bahan untuk merakit bom.