REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Sidi Mustikasyah (41 tahun), salah satu korban banjir bandang di Manado, sempat berusaha berenang melawan arus air yang deras. Diduga kelelahan, pria yang akrab disapa Didi ini, kemudian tak mampu bertahan hingga menghembuskan nafasnya.
Menurut Ridwan A Syah, kakak kandung Didi, adiknya seperti biasa berangkat ke kantor pagi-pagi. Manager Bisnis Kantor Pegadaian Manado ini, sempat memimpin rapat dengan sejumlah stafnya, dan sudah menyampaikan untuk bersiap-siap dan mewaspadai banjir akibat hujan yang mengguyur Manado sejak Selasa (14/1) malam. Kantor Pegadaian Manado membawahi wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, Palu, Papua, dan Maluku Utara.
Usai melaksanakan tugas di kantor, Didi bersama supirnya kemudian meninggalkan kantor. Belum jelas apakah dia keluar kantor hendak menuju rumah atau bagaimana. ‘’Kronologisnya belum sepenuhnya kami tahu. Mungkin lebih bagus kita tunggu penjelasan dari Kepala Cabang Pegadaian Manado yang mengantar jenazah Didi hari ini,’’ ujar Ridwan yang saat ini sudah berada di Makassar menunggu kedatangan jenazah, Kamis (16/1).
Namun Ridwan membantah jika adiknya mengidap penyakit jantung. Menurutnya, Didi kemungkinan kecapaian karena turun dari mobil kemudian berenang di tengah arus yang deras. ‘’Dia terjebak banjir di atas mobil bersama sopir. Tapi dia berusaha turun lalu berenang, kemungkinan kelelahan,’’ ujar Ridwan.
Didi kemudian ditolong oleh supir dan warga sekitar dalam kondisi lemas. Dia sempat ditangani oleh dokter terdekat namun nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. Didi meninggalkan empat orang anak dan seorang istri. Rumah Didi sendiri, saat kejadian sudah tenggelam hingga atap. Beruntung istri dan anak-anak Didi berhasil dievakuasi dan dalam keadaan selamat.
Saat ini, keluarga besar Didi sudah menunggu kedatangan jenazah yang akan diterbangkan dengan pesawat Lion Air JT 733 pukul 11.35 WITA dari Manado menuju Makassar. Rencananya, jenazah putra ketiga dari lima bersaudara ini akan dimakamkan di samping kompleks pemakaman Syekh Yusuf, Sungguminasa, Gowa.
Ridwan mengenang adiknya sebagai sosok yang selalu memberikan kabar-kabar terbaru. Didi sudah bekerja di Manado hampir tiga tahun. Sementara Ridwan menetap di Jakarta. Meski jarak mereka terpisah, namun setiap saat Didi selalu memberikan kabar-kabar yang selalu baru. ‘’Setiap saat selalu ada yang baru. Macam-macam informasinya, soal pekerjaan, soal keluarga dan lain-lain. Terakhir dia mengabarkan ponakan saya yang diterima kerja di Jakarta sementara saya sendiri tidak tahu. Dia selalu update info deh pokonya,’’ ujar Ridwan.