REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tersendatnya pasokan daging sapi yang terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kota Semarang terus berlanjut.
Dampaknya, komunitas pedagang bakso di ibu kota provinsi Jawa Tengah ini menghendaki jaminan agar pasokan daging sapi tetap terjaga. Mereka menghendaki pemerintah menggelar operasi pasar (OP) daging sapi impor agar usaha mereka tidak terdampak yang lebih buruk.
“Tidak masalah daging sapi impor, yang penting usaha kami tetap berjalan,” ungkap Edi Suwarno (50), pedagang bakso di Jalan Gajah Raya, Semarang, Selasa (14/1).
Saat ini, jelasnya, para pedagang bakso sangat dipusingkan oleh pasokan daging sapi. Karena daging sapi merupakan komoditas utama usahanya. Menyusul tersendatnya pasokan yang terjadi sejak awal januari ini, di sejumlah pasar tradisional daging sapi sudah sangat terbatas.
Kalaupun ada harganya juga sudah melambung, baik daging sapi kualitas super maupun daging kualitas sedang untuk bahan baku bakso.“Saat ini saja, harga daging sapi di pasaran sudah berkisar Rp 97 ribu hingga 100 ribu per kilogram,” jelas Edi saat dikonfirmasi di tempat usahanya.
Kondisi ini, tambahnya, membuat sebagian besar penjual bakso di kota Semarang harus pandai- pandai menyiasati agar tak merugi. Upaya yang dapat dilakukan hanya mengurangi volume dan ukuran bakso, daripada harus mengurangi komposisi daging sapi yang beresiko dengan citarasa.
Sementara jika tidak menyiasati, para pedagang bakso akan merugi. “Karena itu, kami meminta pemerintah terkait agar secepatnya menyikapi,” tambahnya.Tugiman (40), penjual bakso di kawasan Banyumanik juga mengungkapkan, kenaikan harga daging sapi membuat keuntungan pedagang bakso berkurang.