REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan Pemilu 2014 di luar negeri tentu berbeda dengan yang ada di Indonesia. Misalnya Malaysia. Di negara ini jumlah WNI yang masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2014 mencapai angka 1,6 juta lebih pemilih.
Angka yang didapat dari pendataan Departemen Imigrasi ini belum termasuk jumlah TKI ilegal yang mencapai 1,2 jiwa.
Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) Partai NasDem untuk Malaysia, Muhammad Rais menilai ada beberapa potensi masalah Pemilu 2014.
"Pelaksanaan Pemilu di Malaysia tahun lalu kurang begitu baik, semoga tahun ini masalah-masalah tersebut bisa diatasi," katanya dalam keteranga tertulis kepada Republika, Jumat (10/1).
Rais menjelaskan, ada lima poin yang menjadi potensi masalah pada pelaksanaan Pemilu di Malaysia. Poin pertama adalah banyaknya WNI yang belum terdata dalam DPT.
Poin yang harus diperhatikan berikutnya adalah sosialisasi sistem memilih drob box dan pos. Poin ketiga yang patut diperhatikan adalah soal Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Jumlah TPS di Malaysia sangat sedikit sehingga menyulitkan pemilih untuk hadir. Letaknya jauh, jadi para pemilih enggan datang karena susahnya akses," jelasnya.
Lebih jauh dikatakannya, hari pencoblosan adalah poin keempat yang berpotensi menimbulkan masalah. Berdasarkan keterangannya, pada saat hari pencoblosan banyak TKI yang takut untuk keluar untuk mencoblos karena takut ditangkap polisi.
"Ini harus diperhatikan, soalnya banyak yang tidak dapat izin dari majikan," terang Rais.
Potensi masalah yang paling krusial, lanjut Rais adalah perbedaan waktu antara Pemilu di dalam dan luar negeri. Poin kelima ini sangat memungkinkan untuk terjadi kecurangan kertas suara, bila tidak diantisipasi.
Dengan banyaknya potensi masalah ini Rais menghimbau agar pemerintah melalui KPU dapat memberi solusi pada Pemilu kali ini.
"Sebaiknya jumlah TPS ditambah dan disesuaikan dengan lokasi pemilih di Malaysia. Pihak pemerintah harus mengirimkan surat pemberintahuan kepada Kerajaan Malaysia untuk mendukung sosialisasi dan keamanan pemilih. Yang paling penting adalah hari mencoblos di Indonesia dan luar negeri harus sama agar tidak terjadi kecurangan suara," kata Rais menegaskan.