Selasa 07 Jan 2014 18:38 WIB

Kader PDIP Jangan Bergantung Pada Jokowi

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Nidia Zuraya
Megawati Soekarnoputri bersama Joko Widodo.
Foto: Republika/Prayogi
Megawati Soekarnoputri bersama Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ary Dwipayana melihat saat ini kader PDIP cenderung menggatung elektabilitas partai pada sosok Jokowi. Jika tidak hati-hati ketergantungan ini akan membawa implikasi negatif bagi PDIP. "Ketergantungan yang kuat kepada figur membuat ideologi partai tidak mengakar," kata Ary ketika dihubungi Republika, Selasa (7/1).

Fenomena Jokowi menurut Ary telah berhasil menempatkan gubernur DKI Jakarta itu sebagai ikon baru partai. Dalam konteks ini Ary melihat telah terjadi pergeseran patron di kalangan kader partai berlambang banteng moncong putih. "Dahulu Soekarno dan Megawati. Sekarang Jokowi yang menjadi ikon baru PDIP," ujarnya.

Ary melihat sejauh ini Megawati telah berupaya melakukan regenerasi politik di internal PDIP. Ini misalnya bisa dibuktikan dari keberhasilan Jokowi memenangkan pilkada DKI Jakarta dan Ganjar Pranowo di pilkada Jawa Tengah. "Regenerasi politik sudah dibangun Mega," katanya.

Setelah regenerasi politik ada PR lain yang mesti dikerjakan Megawati. Ary menyatakan Megawati harus bisa memperkuat kelembagaan politik di internal partai. Euforia fenomena Jokowi harus menjadi katalisator penguatan kerja-kerja partai yang berbasis pada ideologi. "Euforia Jokowi harus dimanfaatkan untuk kerja kolektif partai yang berbasi ideologi," ujarnya.

Ary mengatakan ketergantungan kader PDIP yang terlalu kuat kepada Jokowi akan membuat partai itu kehilangan arah ketika ditinggalkan Jokowi. "Jika Jokowi terkena masalah maka partai ini akan ambruk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement