REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Sutarman mengaku akan mengevaluasi peristiwa penusukan anggota polisi di Kalijodo, Jakarta Utara, Ahad (5/1) oleh seseorang yang diduga prajurit TNI-AL.
"Yang terlibat keributan di situ, nalurinya seorang polisi. Dia turun untuk melerai. Inilah yang menjadi evaluasi kita," kata Sutarman usai upacara kenaikan pangkat perwira tinggi di Mabes Polri Jakarta, Senin.
Menurut jenderal bintang empat itu, karena nalurinya sebagai anggota Polri, maka seorang polisi akan mampu bertahan meski dikeroyok banyak orang.
"Sesungguhnya kalau polisi dikeroyok lima atau enam orang, dia mampu bertahan dan mampu melindungi masyarakat," katanya.
Sebelumnya, anggota Polresta Tangerang Kabupaten Briptu Deni Alfian Hadi (24) ditusuk oleh prajurit TNI AL hingga tewas pada Minggu (5/1) sekitar pukul 03.00 WIB.
Kejadian penganiayaan berat yang menewaskan Briptu Deni itu terjadi di Kalijodo depan Mushola Al Muttakin, Jalan Kepanduan RT02/05 Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Kejadian berawal saat saksi Saimah dan suaminya terlibat keributan dengan sejumlah pria yang diduga anggota TNI AL. Korban yang berada di lokasi kejadian berusaha melerai. Setelah keributan mereda, seorang pria tidak dikenal menusuk bahu kanan korban.
Almarhum Briptu Deni sempat dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras, namun nyawa korban tidak tertolong pada pukul 05.00 WIB. Polsek Metro Penjaringan telah berkoordinasi POM TNI AL dan Garnisun setempat guna menyelidiki kasus penganiayaan terhadap Briptu Deni.
Kapolri mengatakan saat ini pihaknya terus menyelidiki peristiwa ini. Polisi telah memeriksa saksi, yakni Briptu Roni Setiawan, Briptu Satrio Gayu, Saimah, Jupri Nafa, sedangkan anggota Marinir TNI yang dimintai keterangan, yaitu Letda Mar Palin Pirson, Sertu Ika Panca Karsa, Prada Rizki Suwantoro, Serda M Nurcakim dan Pratu Yunus Adi Putra.
Selain itu, petugas telah menyita barang bukti sarung senjata tajam, melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengautopsi jasad korban.