REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pascakenaikan elpiji nonsubsidi 12 kg, justru berdampak pada elpiji subsidi tabung 3 kg bagi rakyat menengah ke bawah. Masyarakat Kota Bandar Lampung, kesulitan mendapatkan gas melon di agen, pangkalan, dan pengecer serta di warung-warung pemukiman penduduk, Sabtu (4/1).
Masyarakat Kota Bandar Lampung terpaksa berkeliling kota mencari tabung melon, hingga ke luar pemukimannya. Beberapa tempat khususnya di warung kecil, yang masih menyisakan stok lama, harga elpiji sudah melambung dari Rp 16 ribu menjadi Rp 20 ribu per tabung.
Pantauan di sejumlah pangkalan dan pengecer elpiji 3 kg di Kemiling, Tanjungkarang Barat, Segala Mider, Palapa, dan Jagabaya I, elpiji sudah kosong sejak empat hari lalu. Pasokan elpiji di pangkalan elpiji KUD Jl Teuku Cik Ditiro, masuk elpiji 3 kg pada Sabtu (4/1) pukul 09.00 WIB, hanya bertahan satu jam sudah ludes diborong pembeli bermotor.
Pembeli bermotor membawa sekitar 15 sampai 25 tabung gas melon. Mereka memasok ke warung-warung pemukiman penduduk yang terjauh, dan menyuplai ke rumah-rumah makan, dan usaha kecil lainnya. Harga yang ditawarkan pihak pangkalan Rp 15 ribu, lalu pembeli bermotor tersebut memasarkan elpiji ke konsumennya sebesar Rp 17 ribu.
Menurut Suyanto, petugas pangkalan KUD tersebut, ia masih menjual elpiji 3 kg tetap 15 ribu. “Tadi pagi masuk barangnya, tapi hanya satu setengah jam sudah habis,” ujarnya.
Berbicara terpisah, Renny, pemilik warung yang menjual elpiji 3 kg, terpaksa menjual elpiji Rp 19 ribu, karena dari pengecernya sudah naik Rp 17 ribu per tabung. “Sekarang sudah naik dari Rp 17 ribu menjadi Rp 19 ribu,” ucapnya.
Di pemukiman penduduk pinggir kota, malah warung menjual elpiji hingga Rp 20 ribu per tabung. Alasannya, saat ini elpiji 3 kg sedang langka, dan harganya sudah naik dari pangkalan dan pengecer.