Rabu 01 Jan 2014 16:54 WIB

Dihadang Hujan Badai, Banyak Pendaki Urung Tahun Baru di Gunung Slamet

Rep: eko widiyatno/ Red: Taufik Rachman
Gunung Slamet
Foto: friendslookup.com
Gunung Slamet

REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA –- Rencana sebagian besar pendaki merayakan pergantian tahun di Puncak Gunung Slamet, terpaksa tidak bisa diwujudkan. Hal ini disebabkan sepanjang Selasa (31/1) siang hingga malam, hujan badai dan kabut tebal selalu menyelimuti lereng gunung.

''Dari 730 pendaki rencananya hendak merayakan tahun baru di Puncak Slamet, akhirnya hanya sebagian yang benar-benar bisa mewujudkan. Sebagian besar lainnya, baru bisa mencapai puncak pada Rabu (1/1) pagi,'' jelas Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Kabupaten Purbalingga, Prayitno, Selasa (1/1).

Mereka yang bisa merayakan tahun baru di puncak Slamet, adalah pendaki yang berangkat dari pos Bambangan, pada Senin (30/12)  pagi selepas subuh. Sedangkan yang berangkat siang, sore bahkan Selasa (31/1) pagi, baru bisa mencapai puncak pada Rabu pagi.

Bahkan dia juga menyebutkan, akibat badai dan kabut tebal, empat pendaki dari Baturaden Banyumas dan dua orang dari Semarang, sempat tersesat sebelum mencapai puncak. Namun  keenam orang tersebut, bisa ditemukan rekannya sehingga dapat kembali melanjutkan pendakian.

Menurut  Prayitno, sebagian besar pendaki berasal dari kelompok pecinta alam yang datang dari berbagai kota. Antara lain, dari Purwokerto, Purbalingga, Pekalongan, Pemalang, Banjarnegara dan Wonosobo. Selebihnya  berasal dari luar daerah seperti Jakarta, Kuningan, Yogyakarta, Jepara, Semarang dan sejumlah kota lain.

Mengenai enam pendaki yang sempat tersesat, empat orang yang berasal Baturaden Banyumas, merupakan satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami-istri dan dua orang anak. Pendaki pemula ini mencatatkan diri di posko Bambangan pada Senin (30/12).

''Mereka yang merupakan pendaki pemula ini, rupanya salah mengambil jalur. Selepas dari pos Bambangan, mereka mengambil rute jalan yang menuju arah Gunung Malang, bukan ke Puncak Slamet,'' jelasnya. Bahkan keluarga ini, sempat tersesat selama 2 hari di Gunung Malang, anak gunung Slamet.

Dua pendaki dari Semarang yang huga dilaporkan tersesat, juga karena salah mengambil jalur. ''Untungnya, Tim SAR desa yang kemudian mendapat laporan segera menyusul mereka, sehingga kemudian bisa kembali ke jalur menuju Puncak Slamet,'' jelasnya.

Salah seorang pendaki asal Desa Limbangan, Kecamatan Kutasari Purbalingga, Adi, mengungkapkan, dia bersama tiga temannya dihadang badai saat berada di pos Plawangan atau pos III.

''Karena kabut sangat tebal, jarak pandang hanya bisa 30 meter.  ''Dari pada tersesat dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kami akhirnya memiliki berkemah di pos Pondok Cemara dengan vegetasi hutan cemara,'' jelasnya.

Nanang, pendaki asal Kuningan Jawa Barat juga mengungkapkan hal yang sama. Para pendaki kebanyakan memilih untuk membuat tenda di pos Plawangan. Dalam kondisi hujan lebat disertai angin kencang dan kabut tebal, tidak mungkin bagi mereka untuk terus melakukan pendakian. ''Demi keselamatan, kami harus bermalam di pos Plawangan, sebelum mencapai puncak Slamet pada Rabu (1/1) pagi,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement