REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Siti Zuhro menilai Indonesia masih menghadapi masalah kepemimpinan yang akut. Sehingga rakyat berharap pemilu 2014 menelurkan pemimpin bangsa yang bertipe solidarity maker dan administrator.
"Indonesia dewasa ini perlu pemimpin nasional yang memiliki visi, misi, program yang jelas untuk memajukan bangsa dan negara serta mampu bertindak sebagai administrator dan juga bertipe solidarity maker (pencipta solidaritas)," katanya, Senin (30/12).
Apalagi, katanya, Indonesia memiliki karakteristik pluralitas lokal yang diwarnai dengan keragaman. Baik di bidang etnik, suku, agama, budaya, mau pun bahasa di tingkat lokal.
Sebagai negara nusantara, tidak mudah untuk memaksakan nilai keseragaman yang diterapkan di tingkat lokal. Yaitu sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 5/1979 tentang pemerintahand desa.
"Seiring dengan itu, modal sosial (social capital) dan public trust (kepercayaan publik) juga menjadi lemah," katanya.
Menurutnya, sejak pertengahan 1980-an negeri ini mengalami penurunan dalam mencetak pemimpin-pemimpin yang andal, yaitu yang memiliki visi dan kemampuan manajerial (administrator) dan bertipe solidarity maker.