Kamis 26 Dec 2013 18:00 WIB

Tahun 2015, Surabaya Punya Trem dan Monorel

Pemkot Surabaya
Pemkot Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kota Pahlawan Surabaya akan memiliki moda transportasi monorel dan trem pada tahun 2015, karena implementasi dari angkutan massal akan dimulai tahun 2014. "Kalau tahun 2014 spertinya masih belum bisa terlaksana, karena lelang baru akan dimulai awal tahun 2014," kata pakar transportasi ITS Ir Hera Widyastuti MT PhD, Kamis (26/12).

Selanjutnya, kata dia,  perlu ada survei lapangan, kontsruksi, evaluasi, dan seterusnya. "Yang jelas, Surabaya memang sudah harus ke sana, karena angkutan pribadi itu pasti akan memacetkan kota," katanya. Oleh karena itu, para pakar ITS turut memberi "support" untuk perencanaan moda transportasi massal di Surabaya, apalagi peminat untuk proyek itu cukup banyak.

Menurut dia, moda tranposrtasi massal berupa monorel telah dirancang dari arah utara ke selatan, sedangkan trem dirancang dari arah timur ke barat. "Monorel akan bergerak dari Unesa di kawasan Lidah Wetan ke ITS dik kawasan Pakuwon City dengan depo di Keputih, lalu trem akan bergerak dari kawasan Tugu Pahlawan ke Joyoboyo," katanya.

karena itu, para pakar ITS juga turut memikirkan rute moda angkutan massal yang "nyambung" dengan angkutan "pengait" di suatu titik, misalnya becak, angkutan kota, ojek, dokar, dan seterusnya. "Target Bu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) sendiri akan terwujud angkutan massal itu pada tahun 2015, karena itu angkutan pribadi masih mungkin berkembang untuk saat ini," katanya.

Namun, katanya, bila moda transportasi massal sudah terwujud, maka regulasi yang "memaksa" warga kota untuk memilih angkutan massal itu akan diberlakukan. "Masalahnya, kita tidak punya pilihan, apakah angkutan pribadi atau kemacetan, karena itu akan diatur dengan regulasi, misalnya parkir dibuat mahal, aturan rute tertentu, dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, pakar studi bencana ITS Dr Ir Amien Widodo menegaskan bahwa warga kota juga seharusnya belajar terhadap banjir yang sering melanda sebagian kawasan kota seperti Surabaya pada musim hujan. "Kalau kita belajar pada bencana apapun ada empat tahapan penting yang harus dicermati yakni bagian atas (gunung/bukit), bagian bawah (sungai), bagian bantaran (tepi sungai), dan sikap," katanya.

Artinya, di bagian atas harus ada penghijauan pepohonan, di bagian bawah ada penanaman mangrove, di bagian bantaran harus dihindari untuk hunian, dan sikap jangan buang sampah ke sungai. "Kalau tidak ada penghijauan dan tidak mangrove, maka sungai akan mengalami sendimentasi sehingga air yang masuk akan meluap dan akhirnya terjadi banjir, apalagi kalau banyak sampah di sungai," katanya.

Biqwanto

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement