REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hasil panen tembakau petani Sleman, Jawa Tengah, menurun drastis selama 2013. Kerugian ditaksir mencapai 70 persen dengan nilai ratusan juta.
Data dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTDI) Kabupaten Sleman menunjukkan produksi tembakau kering menurun hingga hanya enam kuintal per hektare. Padahal tahun lalu, satu hektare lahan bisa menghasilkan 7-8 kuintal tembakau kering atau 9-10 kuintal tembakau basah.
Ketua APTDI Kabupaten Sleman, Suwarji, mengatakan kualitas tembakau tahun ini berkurang karena curah hujan tinggi. Daun tembakau dinilai melebar dan tipis dengan kadar nikotin rendah. "Ada hujan satu hari penuh di pertengahan Agustus yang mengubah kualitas tembakau menjadi kurang bagus," ujarnya, Kamis (26/12).
Kerugian petani tembakau Sleman dinilai Suwarji bisa mencapai 70 persen. Saat produksi menurun, upah tenaga kerja tahun ini naik. Pada 2012, upah tenaga kerja sekitar Rp30 ribu per orang per hari. Akan tetapi, upah tenaga kerja tahun ini naik menjadi Rp35 ribu.
Luas tanam tembakau tahun ini di Sleman juga berkurang menjadi 1.000 hektare dari 1.400 hektare pada 2012. Berkurangnya luas tanam tembakau tersebut karena pada April-awal Juni turun hujan. Hal itu membuat petani mengganti tanaman di lahannya dari tembakau menjadi palawija, seperti jagung.
Kerugian terbesar dialami petani yang menanam tembakau seri I yang ditanam pada pertengahan Mei 2013. "Tembakau seri I hampir 75 persen gagal," ujar Suwarji. Sementara, tembakau seri II yang ditanam pada bulan Juli masih menghasilkan dengan harga Rp 90-120 ribu per kilogram.
Menurunnya kualitas tembakau berdampak pada anjloknya harga. Harga rata-rata tembakau tahun ini mencapai Rp30 ribu per kilogram. Padahal, tahun lalu harga tembakau bisa menembus Rp 50 ribu per kilogram. Akibatnya, kerugian pada petani tembakau bernilai hingga ratusan juta. Kerugian itu dialami meluas di hampir seluruh wilayah DI Yogyakarta.