Senin 23 Dec 2013 07:13 WIB

'Jokowi Selalu Unggul Survei, Ini Kecelakaan Sejarah'

Rep: Irfan Fitrat/ Red: A.Syalaby Ichsan
Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai, fenomena Joko Widodo yang muncul sebagai satu-satunya nama sebagai calon presiden pilihan masyarakat merupakan kondisi yang tidak bagus. 

Ia menilai ada kemungkinan krisis kepemimpinan terjadi. Tak hanya itu, ia  melihat dominasi Jokowi dalam sejumlah survei menjadi sebuah 'kecelakaan sejarah' . Terlebih, ketika hanya satu tokoh yang muncul luar biasa dalam keadaan kritis. "Jangan sampai ada kompetisi, tanpa kompetisi," ujar dia. 

Karena itu, menurut Hamdi, harus ada tokoh lain yang bisa menjadi menu dalam kontestasi calon pemimpin. Ia mengatakan, menu itu harus baru dan bukan berasal dari tokoh-tokoh lama. Sehingga, menurut dia, rakyat mempunyai pilihan untuk memilih yang terbaik dari yang terbaik. "Saya mau bangsa cerdas, memilih terbaik diantara yang baik," kata dia.

Pada 4-15 Desember 2013, Indo Barometer melakukan survei pada 1200 responden di 33 provinsi. Hasil pertanyaan terbuka, Jokowi menempati posisi tertinggi dengan 25,2 persen. Jokowi mengungguli capres Golkar Aburizal Bakrie (Ical) yang mendapat 10,5 persen. Jokowi juga meninggalkan Prabowo Subianto (9,7 persen), Wiranto (6,1 persen), dan Megawati Soekarnoputri (6,0 persen)

Hamdi tidak menyangkal Jokowi ibarat menu baru yang bergizi bagi rakyat. Akan tetapi, ia mengatakan, belum tentu Jokowi adalah makanan berkelas yang paling hebat. Ia mengatakan, Jokowi unggul dalam empati dan integritas. Untuk kompetensi, menurut dia, publik masih harus melihat kinerja Jokowi di DKI Jakarta ke depan.

Menurut Hamdi, perlu ada menu lain yang disajikan kepada rakyat sebagai tandingan Jokowi. Ia mengatakan, menu itu didasarkan pada empat kriteria. Yakni kompetensi, integritas, manajemen, dan empati sosial. Ia optimistis masih ada menu baru yang bisa dihadirkan menjadi pilihan sebelum Pemilu berlangsung. "Kalau tidak, kita sampai pada satu titik di mana Jokowi tidak tertahankan lagi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement