Rabu 18 Dec 2013 15:56 WIB

Dianggap Cerdas dan Bijaksana, Ani Yudhoyono Dapat Penghargaan

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
Ibu negara, Ani Yudhoyono
Ibu negara, Ani Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam peringatan Hari Ibu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Ibu Negara Ani Yudhoyono mendapatkan penghargaan Yasas Buddimat Patnika. Ani dianggap pantas mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai cerdas dan bijaksana. 

Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Perlindungan Anak (PA) Linda Amalia Sari Gumelar disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (18/12). 

"Yasas Buddimat Patnika berarti perempuan yang cerdas, bijaksana dan terpilih. Ibu Ani adalah seorang perempuan yang cerdas, bijaksana, penuh empati tetapi tetap tegas," kata Menteri PP dan PA Linda Amalia Sari Gumelar. 

Ia mengatakan, Ani memiliki karakter seorang pemimpin dan disiplin. Tak hanya itu, Ani juga dianggap mampu mewujudkan ide secara tuntas dan berkelanjutan. 

Kemampuan untuk menularkan gagasan kepada perempuan dan anak-anak itu yang perlu dihargai. Apalagi gagasan itu telah menjadi aksi nyata. Linda mencontohkan aksi nyata yang dilakukan Ani tak lain program Indonesia Sejahtera yang meliputi Indonesia hijau, Indonesia pintar, Indonesia bersih, dan Indonesia kreatif. 

Belum lagi program tanam dan pelihara pohon yang diprakarsainya telah mendukung penanaman 1 miliar pohon. Sampai saat ini, lanjutnya, sudah ada sekitar 150 juta pohon yang ditanam dan diprakarsai Ani. 

"Walau pun berkarya nyata di luar rumah yang manfaatnya banyak dirasakan oleh masyarakat, terutama perempuan dan anak, kekuatannya pada keluarga juga tidak dilupakan sebagai mitra sejajar suami dalam membangun keluarga dan mendidik anak-anaknya," katanya. 

Penghargaan ini diberikan meski tengah mencuat kabar mengenai peran Ani terkait kebijakan presiden. Sebuah media Australia mengaku mendapat data dari Wikileaks yang menyebutkan peran Ani dalam pengambilan kebijakan pemerintah SBY.

Data tersebut menyatakan, pada 17 Oktober 2007, terdapat kawat diplomatik yang dikirim dari Kedutaan Besar AS di Jakarta kepada para diplomat di Canberra dan CIA. 

Isi kawat tersebut menyampaikan, meski bukan anggota Kabinet Indonesia Bersatu, Ani memiliki posisi penting dalam pengambilan kebijakan pemerintahan SBY. Ani juga diduga turut berperan dalam meminimalisasi peran Wapres Jusuf Kalla dalam pengambilan kebijakan pemerintah pada periode 2004-2009.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement