Selasa 17 Dec 2013 06:45 WIB

Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Rendah

Rep: Ira Sasmita/ Red: Karta Raharja Ucu
Fasli Jalal
Foto: Republika/Yogi Ardhi Cahyadi
Fasli Jalal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal, mengatakan, penduduk usia perguruan tinggi yang masih terjerat seks bebas, narkoba, dan HIV/AIDS dikhawatirkan tidak akan mampu menjadi tongkat estafet pembangunan Indonesia.

 

Kenaikan laju pertumbuhan, dari tahun ke tahun juga diikuti peningkatan angka harapan hidup. Yang berimbas pada peningkatan usia kerja. Hanya saja, kata Fasli, peningkatan jumlah penduduk usia kerja belum mampu berkompetisi dengan penduduk pada level yang sama di negara-negara tetangga.

"Sehingga banyak lapangan kerja yang diambil oleh penduduk negara tetangga. Karena tingkat pendidikan kita masih rendah dan kualitasnya juga rendah," ujarnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah dan Universitas Tamansiswa, Palembang, Senin (16/12).

Mantan wakil menteri Pendidikan Nasional itu menjelaskan, masih rendahnya tingkat pendidikan tersebut menjadi tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia. Karenanya, perlu didorong peningkatan kualitas pendidikan pada kelompok usia produktif dan usia pekerja.

Saat ini, menurutnya, wajib belajar yang diterapkan di Indonesia masih tertatih-tatih. Indonesia masih memiliki delapan juta penduduk berumur 15 tahun yang belum melek huruf. Sebanyak 80 persen hanya menyelesaikan pendidikan dasar, dan hanya tujuh persen penduduk yang mengecapp pendidikan di perguruan tinggi.

"Padahal sebagian besar dunia kerja itu sekarang mengingikan lulusan perguruan tinggi. Dan itu mampu disuplai oleh negara-negara berkembang lainnya di Asia," jelasnya.

Karenanya, Fasli mengatakan, peningkatan kualitas pendidikan bagi usia produktif harus menjadi prioritas utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement