REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani Kabupaten Lebak, Banten, mendukung program TNI melalui Tentara Membantu Ketahanan Pangan untuk pengembangan tanaman budidaya jagung hibrida.
"Kami dan petani disini sangat cocok mengembangkan jagung hibrida dan ke depan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal karena selama ini masih didatangkan dari luar daerah," kata Ahmad (50), petani di Desa Bejod, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Ia mengatakan, program TNI tersebut tentu sangat membantu petani sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi.
Petani melalui program TNI ini mendapat bantuan benih jagung serta perawatan pemupukannya.
Benih jagung varietas hibrida jenis benih unggul N 35 dan sangat cocok dikembangkan di lahan darat di sejumlah desa di Kecamatan Wanasalam.
"Kami yakin pengembangan tanaman jagung hibrida itu diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional," katanya.
Menurut dia, prospek pengembangan usaha budidaya tanaman jagung hibriba sangat bagus karena permintaan untuk pabrik pakan cukup tinggi.
Selain itu dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Saat ini, kata dia, kebutuhan jagung masih dipasok dari luar daerah.
"Kita optimistis program TNI itu ke depan Lebak menjadikan sentra lumbung jagung hibrida," ujarnya.
Sukri (45) seorang petani Desa Malingping Utara, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, mengaku program Tentara Membantu Ketahanan Pangan (TMKP) dipastikan dapat meningkatkan produksi jagung.
Selain itu juga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani setempat.
"Kami melalui program TMKP mendapat bantuan seluas satu hektare tanaman jagung," katanya.
Kepala Bidang Produksi Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Yuntani mengatakan pihaknya tak henti-hentinya memberikan penyuluhan kepada petani agar beralih pola tanam, seperti jagung karena permintaan pasar dan pabrik pakan cukup tinggi.
Program TNI, kata dia, tentu petani sangat terbantu untuk pengembangan tanaman jagung hibrida.
"Saya mendorong petani terus mengembangkan budidaya jagung untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga mereka," katanya.
Yuntani menyebutkan, saat ini, produksi jagung di wilayahnya hanya mampu 2,4 ton per hektare, sehingga ditargetkan tahun 2014 mencapai 4 ton per hektare.
Karena itu, kata dia, peningkatan produksi itu tentu harus dipenuhi sarana dan prasarana pertanian, termasuk penggunaan teknologi.
Sebab petani jagung, ujar dia, hingga kini belum optimal mengggunakan penerapan teknologi yang mengakibatkan produktivitas sangat rendah.
Sedangkan, kata dia, di negara-negara maju, produktivitas jagung delapan ton per hektare.
"Dengan teknologi itu tentu petani bisa meningkatkan produktivitasnya," ujarnya.