Jumat 13 Dec 2013 15:54 WIB

Fadel: Pencapresan Aburizal Tak Bisa Ditinjau Ulang

Aburizal Bakrie
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Fadel Muhammad, menegaskan pencalonan Aburizal Bakrie (ARB) sebagai bakal calon presiden partai tersebut tidak bisa ditinjau ulang meskipun berbagai survei menunjukkan elektabilitasnya rendah.

"Kami sudah terlanjur mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai (bakal) capres dan tidak bisa kami tarik kembali karena sudah keputusan bersama," kata Fadel saat dihubungi di Jakarta, Jumat (13/12). Fadel mengatakan partainya tetap fokus mencalonkan ARB sebagai bakal capres dari Golkar.

Dia mengeklaim bahwa ARB merupakan pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan sehingga mampu menghadapi masalah dan tantangan bangsa. "Aburizal itu pemimpin yang sudah melewati berbagai masalah dan tantangan. Misalnya ketika menjabat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri dan mampu mengelola perusahaannya," ujar Fadel.

Sementara itu, Sugeng Sarjadi Syndicate menilai, isu miring mengenai Aburizal Bakrie lebih kompleks dibandingkan Prabowo Subianto sehingga menyebabkan elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu lebih rendah dibandingkan Joko Widodo dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

"Isu-isu miring tentang Aburizal lebih kompleks dibandingkan Prabowo, misalnya lumpur Lapindo, isu jawa dan non-jawa," kata Direktur Eksekutif SSS, Ari Nurcahyo, di Jakarta, Kamis (12/13). Dia mengatakan, ARB memang sudah populer namun masih memiliki kontroversi. Selain itu menurut dia, elektabilitas ARB tidak setinggi elektabilitas Partai Golkar.

Ari juga menilai Prabowo memiliki masalah, namun isunya elitis misalnya pelanggaran Hak Asasi Manusia. Isu itu menurut dia, tidak akan mempengaruhi persepsi publik dalam Pilpres 2014.

Kajian SSS itu menggunakan pendekatan Meta Analisis dari hasil survei 20 lembaga survei yang diumumkan pada Februari hingga Desember 2013, dan juga menggunakan Focus Group Discussion (FGD). Sumber data diambil dari publikasi hasil survei, dokumentasi pemberitaan, dan studi pustaka. Skala kesalahan kajian itu 0,01 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement