Kamis 12 Dec 2013 16:14 WIB

Penundaan Jilbab Polwan Coreng Wajah Polri

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Karta Raharja Ucu
 Peragaan pakaian dinas untuk Polwan berjilbab di Lapangan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat (25/11). (Republika/Yasin Habibi)
Peragaan pakaian dinas untuk Polwan berjilbab di Lapangan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat (25/11). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie berpendapat, perbedaan pendapat di pimpinan Polri soal pembolehan polwan mengenakan jilbab saat bertugas, mencoreng citra Korps Bhayangkara tersebut.

"Ini kan mencoreng wajah polisi, bukan hanya soal jilbabnya. Tapi kok pimpinan kepolisian berbeda pendapat dan menyeruak keluar? Itu yang tidak sehat, ini masalah internal Polri," kata Jimly yang ditemui Republika usai acara Pekan Politik Kebangsaan di Jakarta, Kamis (12/12).

Jimly mengimbau Polri harus kompak dalam satu sistem komando. Jika Kapolri Jenderal Polisi Sutarman sudah mengizinkan polwan berjilbab, maka harus dilaksanakan. Lagi pula, kata Jimly, apa ruginya jika polwan memakai jilbab, padahal hanya untuk fashion.

Saat ini, pemakaian jilbab jangan lagi diartikan sebagai persoalan agama dalam arti sempit dan jangan dilihat sebagai masalah serius. Apalagi melihatnya sebagai permasalahan ideologi atau agama.

"Itu sudah fashion sekarang, tidak lagi persoalan agama dalam arti sempit. Siapa saja bisa pakai, sehingga saya rasa tidak apa-apa (jika polwan berjilbab). Jangan dilihat masalah serius, jangan dilihat ideologis atau agamis," tegas Jimly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement