Rabu 11 Dec 2013 14:16 WIB

Tanggul Hilang, Warga Merapi Terancam Luberan Lahar Dingin

Rep: Nur Aini/ Red: A.Syalaby Ichsan
Lahar dingin Gunung Merapi
Foto: Antara
Lahar dingin Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ancaman lahar dingin Gunung Merapi semakin besar menyusul hilangnya tanggul di Kali Gendol. Tanggul kali yang terbuat dari tanah dan batu tersebut hilang karena kegiatan penambangan pasir.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak mendata tanggul di sisi kanan dan kiri Kali Gendol hilang sepanjang lima kilometer. Wilayah yang tanggulnya hilang mulai dari Dusun Bronggang, Plumbon hingga Manggung. 

“Bahayanya kalau banjir lahar dingin besar seperti 2011, air akan meluap dan membahayakan masyarakat di sekitar Kali Gendol dan Kali Opak,” ujar Pejabat Pembuat Komitmen Pengendalian Lahar Gunung Merapi BBWS, Dwi Purwantoro ditemui di Sleman, Rabu (11/12).

Selain menghilangkan tanggul, penambangan pasir menyebabkan Kali Gendol semakin dalam. Kedalaman Kali Gendol meningkat dari 10 meter menjadi 15 meter. Dwi menyebut sejumlah titik di Kali Gendol lebih dalam dibandingkan sebelum 2010.

Sungai Gendol juga melebar. Tanggul dibuat di aliran sungai dengan lebar 70 meter. Namun, kegiatan penambangan membuat lebar sungai mencapai lebih dari 100 meter. Pelebaran sungai tersebut terjadi dari Dusun Plumbon ke atas.

Pembuatan tanggul dilakukan pada 2012-2013 untuk mengantisipasi banjir lahar dingin Merapi. Sabo dam juga dibangun di aliran Sungai Gendol. Sebanyak 244 sabo dam dibangun di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Sabo dam didesain untuk aliran material 5-10 juta meter kubik. Sementara daya tampung mencapai 20 juta meter kubik material. Akan tetapi,Dwi menyebut saat hujan di puncak Merapi melebihi 100 mm per jam, material bisa lebih dari daya tampung sabo dam.

Titik paling rawan terkena dampak banjir lahar dingin Merapi berada di sisi Sungai Gendol. Dwi mengungkapkan banjir lahar dingin dapat terjadi jika air di puncak Merapi dalam kondisi jenuh. 

“Hujan gerimis tetapi dalam waktu yang lama ditakutkan membuat air di puncak jenuh, kalau ditambah hujan lebih dari 100 mm perjam, bisa menjadi banjir besar,” terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement