Ahad 08 Dec 2013 23:53 WIB

Pembusukan Politik Terjadi Sepanjang 2013

Parpol/ilustrasi
Foto: antara
Parpol/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pakar Politik dari Fisip Universitas Andalas Padang Syaiful Wahab mengatakan bahwa pada 2013 adalah tahun anomali politik artinya setelah reformasi berjalan 15 tahun dan transisi demokrasi sedang menuju tahap konsolidasi, namun "kehormatan politik" justru mengalami "pembusukan".

"Pembusukan politik telah terjadi dimana-mana secara institusional maupun individual. Para elit politik yang selama ini dianggap terhormat hampir seluruh kader partainya tersandung kasus korupsi," kata Syaiful, Ahad (8/12).

Ia mengatakan itu terkait refleksi politik tahun 2013 dan outlook politik tahun 2014 dengan tema menyukseskan pemilihan umum dan pemerintahan baru.

Menurut Syaiful yang juga Ketua Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas itu, prilaku negatif elit politik itu bukan saja hanya mencoreng nama baik individunya namun tentunya juga partainya.

Perilaku korup di kalangan elit partai, katanya lagi, menjadi hal yang lumrah bahkan diikuti pula dalam semua aspek dan lini kehidupan. Pelanggaran hak-hak orang lain dalam berkendaraan atau berlalu-lintas terjadi dimana-mana, plagiarism melanda kalangan akademik (mahasiswa dan dosen), jam karet dalam melaksanakan tugas dan masih banyak lagi .

"Ketidakadilan yang semakin merajalela, korupsi dan eksploitasi terjadi dimana-mana, tentunya berdampak pada persatuan yang mulai hancur," katanya dan menambahkan ini sekaligus menunjukkan kehancuran harga diri dan martabat bangsa.

Ia menyebutkan Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Partai Demokrat) yang selama ini dijagokan banyak kalangan sebagai figur muda untuk menjadi calon presiden tahun 2014 justru terlibat kasus korupsi proyek Hambalang yang sangat kontroversial.

"Bahkan kasus yang masih 'hangat' sekali yakni hilangnya kehormatan lembaga Mahkamah Kostitusi, lembaga yang selama ini dianggap steril dari kasus korupsi ternyata ternodai oleh Akil Mochtar," katanya.

Ia mengatakan, sumpah dan janjinya kepada partai atau lembaganya, hanyalah retorika formal belaka. Mereka adalah orang-orang opurtunis yang hanya mencari keuntungan dan kepentingan sesaat.

Tahun-tahun sebelumnya kasus-kasus korupsi menyentuh lembaga-lembaga legislatif dan kepala daerah, kini beralih ke lembaga-lembaga dan orang-orang terhormat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement