REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama menilai, aksi mogok puluhan pengemudi bus Transjakarta koridor 5 dan 7 disebabkan upah minimum provinsi (UMP) yang tidak diterima secara utuh akibat kecurangan dari pihak operator.
"Persoalannya sama dengan sampah. Kontrak dengan mereka pakai UMP, tapi begitu turun ke bawah dipotong. Kalau pengusaha nakal seperti itu, kami terpaksa mengambil alih," ujar Basuki di Balaikota, seperti dilansir situs beritajakarta.
Dikatakan Basuki, pihaknya telah menganggarkan pembelian ratusan armada baru untuk mengambil alih pengoperasian bus Transjakarta dari sejumlah operator yang diduga nakal guna mengantisipasi aksi mogok serupa terulang kembali. "Kita mau beli bus lebih banyak dan mengoperasikan sendiri. Jadi kita tidak disandera oleh operator manapun sama seperti sekarang mau kita stop," ungkapnya.
Jika ada ketidakpuasan, kata Basuki, seharusnya awak bus Transjakarta dapat menyampaikan aspirasi mereka melalui diskusi, bukan justru dengan alih-alih mengganggu kepentingan publik. Namun, diakui Basuki, tidak semua operator Transjakarta saat ini buruk. Bagi operator Transjakarta yang masih ingin menjalin kerja dengan Pemprov DKI dapat bernegosiasi dan membicarakan permasalahan tersebut secara baik-baik.
"Kami punya BUMD, kami punya uang, kekuasan. Kalau anda gak bisa, akan kami ambil alih. Kami tidak bisa mentolerir untuk kepentingan umum Anda sandera dengan situasi yang tidak puas, anda bisa duduk ngomong kan. Nanti kalau bus datang, silakan saja loncat sama kita," katanya.
Sebelumnya, puluhan pengemudi bus Transjakarta di Koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol) dan Koridor 7 (Kampung Melayu-Kampung Rambutan) menggelar aksi mogok kerja sejak Jumat pagi. Akibat aksi mogok tersebut, ratusan penumpang terlantar di Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
Bahkan aksi mogok tersebut, juga menyebabkan BLU Transjakarta meminta sejumlah operator lain yakni Koridor 9 (Kampung Melayu-Pulogebang) dan Koridor 10 (Cililitan-Tanjung Priok) mendatangkan bus untuk mengangkut penumpang yang menumpuk di sejumlah halte koridor 5 dan 7.