Kamis 05 Dec 2013 12:36 WIB

'OP Elpiji, Warga Wajib Bawa KTP'

Rep: Edy Setyoko/ Red: Julkifli Marbun
Gas Elpiji 12 kg
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Gas Elpiji 12 kg

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Distribusi bahan bakar jenis elpiji, sepertinya tak pernah sepi dari persoalan. Sejak dulu, hingga  sekarang, konsumen masih saja tak hanya dihantui masalah kelangkaan barang. Sulitnya mencari gas, juga turut mendorong harga bahan kabar pengganti minyak tanah itu meroket.

 

Hampir semua daerah menghadapi persoalan kelangkaan dan meroketnya harga gas elpigi tiga kilogram. Pemerintah daerah selalu turut turun tangan atas ketidakberesan soal distribusi. Seperti Pemkab Klaten, misalnya, bekerja sama dengan Hiswana Migas Surakarta terus melakukan operasi pasar (OP).

 

''Operasi pasar terpaksa kami lakukan untuk mengatasi kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di pasaran,'' kata Priharsanto, Kepala Bagian Perekonomian Setda Klaten, Kamis (5/12).

 

Operasi pasar dilakukan di beberapa tempat yang disinyalir mengalami kelangkaan. Seperti, di Desa Belang Wetan dan Desa Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara, Klaten. Hari berikutnya, terus dilakukan kegiatan sama di daerah lain.

 

Namun, warga tak gampang membeli gas elpiji. Saat pelaksanaan OP di Desa Bereng Lor, misalnya, warga selain wajib membawa tabung gas kosong, juga harus membawa KTP (Kartu Tanda Penduduk) sebagai bukti penduduk setempat. Satu persatu warga diberi jatah gas elpiji ukuran tiga kilogram.

 

Warga mengaku senang dengan adanya OP, karena sudah beberapa pekan ini terakhir mereka kesulitan untuk mendapatkan gas. ''Saya sudah beberapa hari mencari gas ke desa tetangga. Namun, belum bisa mendapatkannya gas elpiji. Semua stok gas habis,'' ungkap Sri Miarsih (45), warga setempat.

 

Dalam kegatan OP kali ini, warga bisa mendapatkan elpiji seharga Rp 13.000 per tabung. Padahal, saat ini harga jual gas elpiji pada tingkat pengecer menembus Rp 18.000. Sehingga warga senang dengan adanya operasi pasar. Walau syarat membeli gas harus membawa KTP asli.

 

Sekedar diketahui, sebelum dilakukan OP, tim gabungan turun untuk mengecek kondisi kelangkaan gas di lapangan.

Tim gabungan yang terdiri atas Bagian Perekonomian Setda Klaten, Checker PT Pertamina, dan Paguyuban Agen Elpiji,  menggelar Sidak (Inspeksi Mendadak) di sejumlah pangkalan dan pengecer.

 

Sidak dilakukan di sejumlah daerah yang diduga menjadi tempat yang paling banyak mengalami kelangkaan. Seperti, wilayah Kecamatan Klaten Utara, Juwiring, Ceper, Cawas, Jatinom, dan sebagainya.

 

Lokasi yang didatangi tim, Pangkalan Elpiji tiga kilogram milik Sudirin (57) berada di Perum Griya Prima Barat No 243 001/019, Belangwetan, Klaten Utara. Dalam sehari, pangkalan milik Sudirin dikirim salah satu agen 10 tabung. Namun, begitu tabung gas datang langsung habis diserbu warga. ''Setiap hari gas datang, langsung habis diserbu warga. Khawatir tak memperoleh barang, banyak yang nitip tabung dan uang dahulu,'' kata  Sudirin.

 

Menurut Kabag Perekonomian Setda Klaten, Pri Harsanto,  tujuan Sidak digelar untuk mengetahui kondisi riil di lapangan. ''Banyak laporan dari masyarakat terkait kelangkaan gas di sejumlah wilayah. Sehingga tim gabungan menggelar Sidak untuk menentukan kebijakan berupa mengajukan penambahan fakultatif kepada PT Pertamina,'' katanya.

 

Guna mengatasi kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di Klaten, kata dia, rencananya pihaknya akan melakukan usulan penambahan fakultatif sebesar 200 % pada bulan November-Desember ini kepada PT Pertamina. Tambahan kuota ini untuk menghadapi perayaan Hari Natal dan Tahu Baru 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement