Rabu 04 Dec 2013 22:43 WIB

Harga Garam Tinggi, Petani Tak Ikut Nikmati

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dewi Mardiani
Petani memanen garam (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani memanen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Harga garam sedang tinggi. Namun, petani tak bisa menikmatinya. Karena, saat ini sudah memasuki musim penghujan. Jadi, petani tak bisa memproduksi garam seperti biasanya.

Ketua Forum Kelompok Usaha Garam Rakyat (FKugar) Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Aep Suhardi, mengatakan, saat ini harga garam mencapai Rp 750 per kilogram. Harga ini, terbilang tinggi. Akan tetapi, petani tak bisa menikmati harga tersebut. Sebab, cuaca tak mendukung guna memroduksi garam. "Saat ini, petani garam sudah kembali alih profesi. Ada yang jadi nelayan ada juga yang bertani padi," ujarnya, Rabu (4/12).

Aep menyebutkan, lahan garam di Karawang belum seluas di daerah lain. Sampai saat ini, area tambak yang jadi ladang garam sekitarr 270 hektare. Tersebar di pesisir pantai di Kecamatan Tempuran. Meskipun lahannya minim, tapi hasil produksinya lumayan bagus. Setiap musim, rata-rata per hektarenya bisa menghasilkan 60 ton garam. Garam asal Karawang itu, kemudian dijual ke pemesan, yakni mayoritasnya industri.

Akan tetapi, bila memasuki musim panen raya, harga garam kian terjun bebas. Bahkan, bisa sampai titik termurah, yaitu Rp 50 per kilogram. Tapi, untuk tahun ini ada kemajuan. Saat panen raya harga garam termurah mencapai Rp 250 per kilogram.

Seharusnya, lanjut Aep, pemerintah segera mengeluarkan payung hukum guna melindungi garam petani. Supaya, ketika panen raya, harga garam petani tidak terjun bebas. Idealnya harga garam tersebut mencapai Rp 1.500 per kilogram. Dengan harga segitu, petani garam bisa mendekati standar sejahtera.

"Jadi, harga ideal itu berlaku untuk setiap musim. Tak hanya di musim panen raya atau musim penghujan. Harganya tetap sama," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement