REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta negara-negara maju dan negara berkembang untuk berikap fleksibel menyikapi perbedaan. Sebab, dengan memegang prinsip win-win solution Konferensi Tingkat Menteri ke-9 WTO akan bisa menuntaskan pekerjaan yang belum selesai di Doha.
"Negara berkembang dan negara maju akan sama-sama merugi kalau KTM kali ini tidak berhasil menelurkan keputusan," kata Presiden di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/12).
Hal itu dikemukakan Presiden dalam sambutannya saat membuka KTM-9 yang diikuti 159 menteri perdagangan negara anggota WTO. Pembukaan konferensi ditandai dengan pemukulan kulkul atau kentongan oleh Presiden. Konferensi akan berlangsung hingga Jumat (3/12).
Presiden mengingatkan, agar WTO menolak dikotomi Utara-Selatan, karena pandangan itu dapat melemahkan WTO. Sebaliknya Presiden mengimbau agar negara anggota WTO bersatu dalam menghadapi persaingan global. "Kita harus bersatu dan semua pihak agar memberikan partisipasinya," kata Presiden.
Dikatakannya agar negara-negara berkembang, negara-negara miskin dan negara-negara maju bisa mendapatkan kepentingannya, maka perlu adanya sikap fleksibel dan kompromi. Sebaliknya kalau tidak berkompromi, maka KTM-9 akan gagal. "Kalau KTM ini gagal, maka negara berkembang akan merugi," kata Presiden.
Semua pihak kata Presiden, agar memilik good will politik untuk membawa KTM-9 mencapai kesepakatan. Karena jika pertemuan di Bali mengalami kegagalan, banyak orang tidak akan percaya lagi pada WTO. Mulai dari komunitas bisnis tidak percaya lagi pada negara untuk meneyelesaikan masalah bisnis, begitu juga orang-orang miskin.