Senin 02 Dec 2013 18:14 WIB

20 Ribu Hektare Terlambat Tanam

Rep: Lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)
Foto: banten.go.id
Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki awal Desember, wilayah Kabupaten Indramayu sudah mulai musim hujan. Namun, sejumlah daerah masih mengalami kekeringan hingga menyebabkan lahan pertaniannya mengalami keterlambatan tanam.

 

"Ada sekitar 20 ribu hektare tanaman padi yang mengalami keterlambatan tanam," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Firman Muntako, kepada Republika, Senin (2/12).

 

Firman menjelaskan, lahan yang mengalami keterlambatan tanam itu di antaranya terletak di Kecamatan Gantar, Haurgeulis, Gabuswetan dan Kroya. Padahal, seharusnya musim tanam sudah dilaksanakan sejak Oktober lalu.

 

Menurut Firman, keterlambatan tanam itu disebabkan minimnya debit air irigasi sehingga belum dapat masuk ke saluran tersier.

Ditambah lagi, curah hujan pun masih cukup rendah. Akibatnya, belum dapat mengairi lahan pertanian milik petani.

 

Kondisi itu diperparah dengan musim kemarau yang menyebabkan tanah di lahan pertanian menjadi sangat kering dan retak-retak.

Oleh sebab itu, dibutuhkan air dalam jumlah cukup banyak untuk dapat menggemburkan tanah yang kering sehingga bisa ditanami tanaman padi.

 

Untuk mengatasi hal itu, Firman menyatakan, akan mendorong para petani di daerah-daerah tersebut agar segera memulai musim tanam.

Di antaranya dengan cara menyalurkan bantuan mesin pompa air dan traktor dari Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat. "Musim tanam harus segera dimulai," kata Firman menegaskan.

 

Firman menjelaskan, percepatan musim tanam itu dibutuhkan untuk menghindari kekeringan di musim tanam gadu tahun depan. Sebab, jika musim tanam rendeng terlambat, maka musim tanam gadu juga akan mundur.

 

"Sejak awal kami sudah mensosialisasikan kepada petani untuk mempercepat musim tanam," ujar Firman.

Sosialisasi disampaikan melalui para camat, yang diteruskan ke kepala desa dan disampaikan ke para petani.

 

Firman menambahkan, selain faktor minimnya air, keterlambatan musim tanam rendeng juga dipengaruhi adanya adat dan tradisi di kalangan masyarakat petani. Selama ini, mereka belum akan memulai musim tanam jika belum melaksanakan adat dan tradisi, seperti misalnya sedekah bumi.

 

Ketika disinggung mengenai target produksi, Firman mengungkapkan, Pemkab Indramayu menargetkan produksi padi pada tahun depan meningkat sepuluh persen dibandingkan pencapaian produksi tahun ini.  "Kami opimis target ini akan tercapai," tutur Firman.

 

Firman menyebutkan, produksi padi pada 2013 di Kabupaten Indramayu mencapai sedikitnya 1,69 juta ton gabah kering panen (GKP). Oleh sebab itu produksi padi pada tahun depan diharapkan lebih dari 1,7 juta ton GKP.

 

Sementara itu, seorang petani di Desa/ Kecamatan Kroya, Juroh, mengaku belum bisa memulai musim tanam. Sebab, lahan pertanian di sawahnya masih sangat kering dan sulit untuk diolah. "Harus menyedot air dengan pompa untuk mengairi sawah," kata Juroh.

 

Hal senada diungkapkan petani lainnya, Miska. Ia mengatakan, terpaksa menggunakan mesin pompa untuk menyedot air agar dapat masuk ke areal sawahnya. Namun akibatnya, modal yang ahrus dikeluarkannya menjadi lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement