Jumat 29 Nov 2013 15:41 WIB

Dewan Pers: Kemajuan TI Mesti Diimbangi Kompetensi

Dewan Pers
Foto: repro matanews
Dewan Pers

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Anggota Dewan Pers I Made Ray Karuna Wijaya mengatakan kemajuan teknologi informasi (TI) mesti diimbangi dengan kompetensi dan profesionalitas jurnalis sehingga berita yang tersaji dapat dipertanggungjawabkan pada publik.

"Teknologi memang tidak dapat dicegah, tetapi mari kita adaptasikan dan konten informasi yang disajikan memang dibutuhkan masyarakat," katanya saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk 'Media Mainstream vs Media Sosial', di Denpasar, Jumat (29/11).

Menurut dia, kecanggihan era teknologi informasi dan maraknya media sosial memang telah berimbas pada banjirnya informasi yang bisa diperoleh masyarakat. "Namun, berbahaya juga kalau di tengah kecepatan akses informasi tidak dibarengi dengan sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami di Dewan Pers juga mendorong supaya semakin banyak jurnalis yang mengikuti uji kompetensi," ujarnya pada seminar yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tersebut.

Dewan Pers, kata dia, sudah mempunyai regulasi Pedoman Pemberitaan Media Siber yang diatur dalam Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2012. "Sekarang ini dengan kecanggihan teknologi informasi, bukan berarti juga media sosial maupun media informasi digital langsung menggantikan peran media mainstream karena berkaitan dengan gaya hidup, kemampuan ekonomi, hingga penguasaan teknologi masyarakat," katanya.

Ia menambahkan, selain itu munculnya media-media baru tidak jarang kualitas dan kredibelitasnya masih rendah serta menyajikan informasi kurang komprehensif dan mendalam. "Banjir informasi seringkali membuat berita kurang tersaring untuk kepentingan publik," katanya.

Sementara itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar Rofiqi Hasan mengatakan seringkali media semakin marak bermunculan hanya untuk pencitraan, khususnya menjelang pemilu."Peran media yang dulunya mengedepankan idealisme akhirnya tak jarang hanya menjadi sarana bisnis," ujarnya.

Di sisi lain, media sosial dipandang belum bisa diharapkan untuk menyampaikan informasi yang lebih serius, seperti halnya berita investigasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement