REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Sutarman mengatakan bukti hilangnya 250 dinamit milik PT Batu Sarana Persada pada 26 Juni lalu sangat minim.
"Buktinya sangat minim jadi belum bisa ditemukan," kata Sutarman di Gedung DPR, Jakarta, Kamis. Pernyataan tersebut menanggapi keraguan berbagai pihak atas terpilihnya Kapolda Jawa Barat Irjen (Pol) Suhardi Alius yang menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri menggantikan Jenderal Pol Sutarman yang kini menjadi Kapolri.
Sebelumnya, Sutarman juga menjelaskan terpilihnya Suhardi karena pengalaman dan integritas yang dimiliki. "Dari integritas dan pengalamannya, sehingga kita pilih Pak Hardi sebagai Kabareskrim," ujarnya.
Desas desus yang beredar menyebutkan bahwa instansi Polri akan mengikuti alur pengangkatan jenderal bintang tiga seperti halnya di instansi TNI, yakni minimal angkatan 1984. Sementara Suhardi Alius merupakan perwira lulusan Akpol angkatan 1985.
Namun, dia menampik menampik pertimbangan angkatan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) dalam penunjukkan Suhardi sebagai Kabreskrim Mabes Polri. "Integritas kompetensi saya tidak lihat junior senior. Dari semua calon dia yang punya integritas," ucapnya, menegaskan.
Kasus pencurian dinamit itu, terungkap ketika pada Rabu (26/6) sekitar pukul 14.00 Wita, dua truk berangkat dari Subang membawa sejumlah bahan peledak. Dalam perjalanan menuju Bogor, sempat transit di Marunda, Jakarta. Jadi, perjalanan Jakarta-Bogor menggunakan empat unit truk.
Keempat unit truk itu tiba di Bogor Kamis (27/6) sekitar pukul 04.00. Saat diperiksa, baru diketahui ada pencurian di salah satu truk yang posisinya paling belakang.
Saat diperiksa dengan cara merobek kanvas penutup belakang (sobekan sekitar satu meter), diketahui ketika sampai di PT BSP, terdapat kekurangan dua dus, beratnya sekitar 50 kg, berbentuk batangan bahan peledak, sehingga diketahui 250 batang dinamit hilang.