Rabu 27 Nov 2013 21:48 WIB

Siswono: Ketahanan Pangan Harus Didukung Riset Yang Kuat

Siswono Yudohusodo
Foto: Nurhayati/Republika
Siswono Yudohusodo

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Pusat Siswono Yudhohusodo menegaskan Indonesia perlu berpikir tentang kedaulatan pangan yang didukung riset dan pengembangan teknologi yang kuat.

"Indonesia pakai konsep ketahanan pangan, tidak peduli dari mana asalnya yang penting pangan tersedia. Jelas salah karena demi ketersediaan pangan impor besar-besaran," kata Siswono dalam simposium internasional the 5th Asia Head of Research Councils di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Karena itu, ia mengatakan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan azas yang digunakan adalah ketahanan pangan, kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan keamanan pangan.

"Untuk mencapai itu memang butuh waktu, tapi Indonesia perlu untuk memikirkan soal kemandirian pangan. Dan kemandirian pangan tiap negara berbeda-beda," ujar dia.

Riset, lanjutnya sangat penting dilakukan. Apa yang telah dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk riset pangan sukses, tetapi implementasi massal menjadi masalah penting.

Penggunaan teknologi yg maju, menciptalan benih dengan produktivitas tinggi seperti padi jenis Cikeran 5,5 ton gabah giling, benih padi Tiongkok menggunakan benih Genetically modified organism (GMO) hasilnya 11 ton per hektare (ha).

Sedangkan untuk kedelai masyarakat lebih senang memakai bibit lokal dengan produksi dua ton per ha, sedangkan Amerika Serikat (AS) menggunakan GMO (rekayasa genetika) dan mampu menghasilan lima hingga enam ton per ha.

Jadi dari segi riset penemuan teknologi bibit yang menghasilkan produksi tinggi sangat diperlukan. Selain itu, menurut dia, penggunaan pupuk ramah lingkungan harus dilakukan agar tidak merusak lingkungan.

sumber : anara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement