Rabu 27 Nov 2013 09:48 WIB

Banyak Unggas Mati Mendadak, Diduga Flu Burung

Rep: Edy Setiyoko/ Red: A.Syalaby Ichsan
Seorang pedagang di pasar Kota Fuyang city, Provinsi Anhui, Cina Tengah, mengawasi ayam-ayammnya. Virus strain baru flu burung H7N9 ditemukan pertama kali di Cina sejak Maret dan kini mewabah di negara tersebut.
Foto: AP PHOTO
Seorang pedagang di pasar Kota Fuyang city, Provinsi Anhui, Cina Tengah, mengawasi ayam-ayammnya. Virus strain baru flu burung H7N9 ditemukan pertama kali di Cina sejak Maret dan kini mewabah di negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Musim hujan saat ini, ternyata juga rentan terhadap kondisi kesehatan ternak unggas. Ratusan ekor itik di Dukuh Balong, Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, ditemukan mati mendadak. Diduga kuat ternak tersebut akibat terserang virus H5N1, atau flu burung.

Samiyo, Kepala Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, membenarkan kejadian kematian unggas. Ia menduga akibat serangan virus flu burung, karena tanda-tanda kematian unggas, sama seperti kasus yang terjadi sebelumnya. "Dalam dua pekan, sudah ratusan unggas di sini pada mati," kata dia, Rabu (27/11).

Masih menurut penuturan Samiyo, kematian hewan unggas tergolong mendadak. Kondisi kesehatan ternak malam mulai menurun, paginya mati. Demikian juga, pagi mulai kurang sehat, sorenya mati. Kematian ternak unggas mulik warga di sini, persis seperti terkena 'pageblug' atau wabah penyakit yang mematikan.

Semula, ternak unggas yang terkena serangan penyakit jenis itik. Unggas usia dua tiga pekan banyak mati mendadak. Kemudian, menular itik dewasa. Dalam tempo yang tidak lama, serangan merembet unggas jenis bebek dan ayam kampung.

"Banyak ayam dan bebek yang tengah periode waktu bertelur, mati mendadak," kata Suparno (50), warga Dukuh Bolong, Desa Kragilan.

Kepala Desa Kragilan cepat melaporkan penyebaran penyakit unggas ini ke pemerintah kecamatan. Dengan harapan segera diteruskan ke Dinas Pertanian (Dispertan). ''Percepatan laporan kami ini agar segara ditindaklanjuti. Masalaahnya, banyak unggas yang mati mendadak,'' harap Samiyo.

Menurut warga, awal kejadian serangan penyakit unggas tak begitu diperhatikan. Soalnya, ternak yang mati hanya satu-dua ekor. Diperkirakan, hanya faktor perubahan cuaca ekstrem; dari musim panas ke musim hujan. Ternyata, serangan semakin ganas. Banyak ternak unggas yang mati dan melebar ke jenis unggas lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement