Ahad 24 Nov 2013 19:53 WIB

Yusril: Saya Dibenci Australia, Amerika dan Singapura

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Citra Listya Rini
Yusril Ihza Mahendra
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Yusril Ihza Mahendra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syuro DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra tidak menutup kemungkinan untuk maju sebagai calon presiden. Meskipun, ia juga tidak terlalu optimistis akan pencalonan itu.

"Saya tidak jadi orang yang sangat ambisius untuk suatu jabatan," kata Yusril selepas acara diskusi, di Jakarta, Ahad (24/11).

Yusril mencontohkan saat menjadi calon presiden pada Pemilu 1999. Namun, saat tinggal selangkah lagi, ia mengatakan, akhirnya mengambil keputusan untuk mundur.

Melihat sistem pemilu yang ada, Yusril memang pesimistis. Namun, ia pun masih melihat jalan lain. Mantan Menteri Kehakiman itu berencana melakukan gugatan Undang-Undang tentang Pemilihan Presiden ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Mudah-mudahan kita majukan ke MK. Supaya MK putuskan partai politik itu bisa ajukan calon sendiri-sendiri dalam Pemilu," harap Yusril.

Saat acara diskusi bertajuk 'PBB dan Masa Depan Politik Neo-Masyumi', Yusril mengaku sosok seperti dia memang tidak akan mudah menjadi presiden. Apalagi apabila kepentingan asing bermain.

"Mereka tahu saya punya pendirian. Australia begitu benci sama saya. (Juga) Singapura dan Amerika. Tidak mungkinlah orang model saya bisa memenangkan (pemilihan presiden)," kata dia.

Namun, Yusril tidak akan memedulikan persoalan itu jika rakyat memang memberikan dukungan. Ia mengaku tidak ingin menjadi boneka negara lain jika menjadi kepala negara.

"Kecuali rakyat kita memang tidak mau pemimpin seperti itu. Mau pemimpin yang mudah dijadikan boneka," ujar Mantan Menteri Sekretaris Negara RI itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement